Tatapan adalah bahasa cinta paling mendalam. Kau bisa merasakan cinta melalui tatapan seseorang. Tatapan itu teduh, mendalam jauh ke dalam relung hatimu. Tatapan itu seperti mengatakan tinggalah selama yang kau inginkan. Tatapan itu bersamaan dengan senyum paling indah yang pernah kau lihat seumur hidupmu. Tatapan itu membuatmu seperti orang yang paling cantik di dunia. Tatapan itu jika saja hari itu ku menyadarinya akan membuat sirna semua rasa ragu. Sayangnya aku terlambat menyadari bahwa tatapan itu bernama cinta. Saat tatapan itu beralih pada object lain, barulah ku sadari pernah ada tatapan sedalam itu. Walaupun tatapan itu tak sempurna. Setelah bertemu banyak bola mata kini ku bisa tahu manakah tatapan cinta atau…
-
-
Kapan Nikah?
“Jadi masih jomblo aja?” tanya Bonbon dengan muka penuh selidik. Aku mengangguk yakin menatapnya. “Pasti sudah ada gebetan….” sanggah Ema yang sedang memangku bayi kecilnya. Hari ini kami berkumpul di rumahnya sekaligus menjenguk dia yang baru saja melahirkan. Aku terdiam kemudian menggulirkan tanganku untuk menjelajahi dunia maya. Jariku berhenti pada sebuah post milik sahabatku. Ada sebuah cerita yang dia buat secara bersambung yang aku ikuti juga selama ini. Namanya Aisya, menurutku hidupnya sempurna suaminya baik, finansial oke, anak-anaknya pintar dan lucu. Tidak ada yang salah dari kehidupan Aisya walaupun aku tahu satu hal dia merasa kehilangan dirinya sendiri. Memiliki tiga orang anak tanpa pembantu adalah sebuah prestasi luar biasa menurutku.…
-
Law School
Drama 16 episode ini jujur saja memukau saya dari banyak sisi. Law School seperti sebuah drama yang minim drama. Berjalan alami dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Disini penonton, atau tokoh manapun bukan yang serba tahu dan serba kebal, superior. Sepertinya penulisnya cukup konsisten bahwa dalam drama ini sangat berhati-hati juga bertindak dengan hukum. Walaupun ada yang tetap mati, tapi setidaknya bukan segala sesuatu jadi serba dibunuh, dihilangkan, walaupun orang itu punya kekuasaan. Thank you Law School… kepala saya penuh menyimpulkan. P.S akhirnya saya bisa naksir pengacara nggak pake kacamata. Mungkin selera saya udah berubah
-
Indeed
All around you
-
Chord Chemistry
C…Am…F…G…Am….adalah chord petikan gitar yang aku dengar dari hall utama mencuri perhatianku dan membuatku bersenandung. Otakku berpikir keras mencari judul dari lagu tersebut. Alih alih aku menemukan jawaban itu di kepalaku, karena indra penglihatanku langsung menyedot perhatian. Sebuah gitar berwarna coklat tua asal sumber suara itu di pangkuan seorang laki-laki. Laki-laki Indonesia. Konferensi ku ke Ceko kali ini memang tetap mempertemukan dengan beberapa orang Indonesia. Hanya saja, mendengar lagu Indonesia di benua biru selalu membuat kangen. Ya, kangen seperti judul dari lagu yang sedang ia bawakan. Jarinya yang lentik dengan lincah berpindah memetik sinar tipis gitar. Rambut hitamnya sesekali mendayu saat ia bergerak. Dan, tidak terkejut dengan batik yang melekat…
-
Setiap Tempat Memiliki Cerita
Perjalanan sebulan setiap weekend memberi makna baru. Sayangnya memang perjalanan terakhir justru ke Jakarta yang mana ini merupakan perjalanan paling melelahkan dan sangat menguras perasaan. Hampir semua hal dari Jakarta sangat melelahkan untukku. Hiruk pikuknya. Nada bicara bapak Gocar yang bisa sangat cepat dan meledak-ledak sampai ramainya macam macam iklan di sudut kota dan kendaraan umum. Jakarta saat disana seperti ada di dimensi yang berbeda. Semua serba cepat, bahkan sudah banyak hal yang berubah disana termasuk orang-orangnya. Gedung yang semakin meninggi, fasilitas baru yang dibangun di kanan dan kiri. Seperti menyedot banyak energi, itulah yang terjadi pada tubuhku selama di Jakarta. Berbeda seperti aku ke Jember, ke Karimun Jawa. Aku…
-
Di Kota Berhantu
Di antara ribuan orang yang berjajar di peron KRL aku pernah berharap bertemu denganmu.. Di antara lalu lalang orang yang menarik koper aku berharap itu kamu… Sayangnya kita hidup di dunia nyata bukan film rekaan mahasiswa atau cerpen halu bikinanku.. Sampai akhirnya pun kita tidak pernah bertemu Ah ya… karena aku menganggap kamu telah tiada… mana mungkin kamu ada atau diada adakan?
-
Lampion
“Kalau nggak karena kamu aku nggak kesini kayaknya,” ujar Nona Umbrella memandang panggung di depan mereka berjarak beberapa meter. Mr. Rain menoleh sesaat mendengar sayup-sayup perkataan Wanita di sebelahnya yang diantara music jazz yang mengalun. “Masak? Bukannya kamu yang merengek pengen kesini karena mau lihat lampion terbang?” dengan nada mengejek. Nona Umbrella tersenyum smirk, benar memang dia yang ingin melihat lampion walaupun dia tidak terlalu menyukai konser seperti jazz festival ini. Namun, festival jazz ini mempertemukan kesenangan keduanya lampion dan konser jazz. Mereka saling bernyanyi, tanpa bergandengan atau berpegangan tangan. Ini di muka public, mana mungkin mereka melakukan itu dengan status seorang single dan suami orang? Nona Umbrella sendiri sejak…
-
The Scientist
Aku memutuskan menggunakan baju warna mint dengan palet krem untuk bertemu seseorang hari ini. Tidak ada alasan khusus, selain aku malas berpikir bertemu seseorang menyukai biologi sepertinya dia akan senang dengan warna hijau. “Aku suka warna abu-abu, karena militer Jerman sejak dulu selalu menggunakan warna abu-abu untuk seragam militer mereka,” ceritanya di tengah kami sedang menikmati santap siang. Aku tersedak. Ku tenggak buru buru segelas es kopi susu promo hari ini– ternyata tebakanku keliru. “Aku suka sejarah militer negara-negara eropa,” lanjut laki-laki berkacamata itu lagi. Hidungnya yang cukup tinggi terhimpit di antaranya. Darah campuran Aceh dan Betawi membuatnya hampir serupa dengan pria-pria daratan Balkan. Setelah empat tahun di Turki bahasa…
-
Mr. Rain & Nona Umbrella
“Aku hujan dan kamu payung, kita hanya bertemu saat hujan….” Ujar Mr. Rain mengaduk coklat panas yang baru saja datang. “Kalau lagi kemarau rindu banget dong kering kerontang,” tanggap Nona Umbrella sekenanya sambil mengamati hujan yang begitu deras di balik jendela besar tak jauh dari mereka. “Kebetulan sekarang sudah tidak ada musim kemarau, alam sudah rusak,” balas Mr. Rain dengan senyum sumringah di bibirnya. Nona Umbrella terkesiap, bola matanya yang sejak tadi mengamati titik titik hasil evaporasi itu kembali ke arah lawan bicaranya. “Sepertinya kamu perlu memberi tahu scientist agar tidak menjadikan climate changes sebagai hal yang perlu dirisaukan,” ungkap Nona Umbrella. Mr. Rain mengulas senyum, “sure.” “Lantas tidak perlu…
-
Udon – Es Krim Mangga
“Sempet banget ngegym astaga….” Ujar Nona Tea pada pria di sampingnya yang sedang merapikan rambut yang basah. “Harus biar makin kuat…” sanggah pria itu yang kini sudah merangkul bahu gadis disebelahnya. “Mau makan apa?” tanya Nona Tea lagi. “Udon…” jawab Mr. Kopi yang telah mengarahkan jalan mereka ke sebuah restoran di pojok gedung. “Keras banget badan kamu….” Nona Tea merasa rangkulan itu sesekali seperti cengkeram. “Biar enak kalau meluk,….” Mr. Kopi mengerling genit. “Kayak Kingkong kali ah….” Nona Tea melepaskan rangkulan di bahunya, tertawa dan berlari ke sebuah resto Jepang yang dimaksud. Mr. Kopi bersungut pura-pura marah dan berjalan cepat membuntuti. “Kamu mau apa?” tanya Mr. Kopi sambil melihat daftar…