ALL YOU CAN EAT, but

Nggak semua yang tersaji bisa kamu makan seketika, setiap orang memiliki porsinya sendiri-sendiri

Terhitung sejak 8 Agustus saya mulai masuk kerja, 18 Agustus mulai masuk kuliah. 29 Agustus sakit pertama tepar bed rest, dan 29 September saya sempat memasuki IGD RS. Hermina Pandanaran Semarang.

Jujur, saya bukan tipe orang yang dikit-dikit sakit. Semua yang kenal saya dengan baik pasti tahu bahwa saya orang yang cukup kuat urusan kekebalan tubuh. Tapi, dalam dua bulan saya ambruk dan di tanggal yang mirip pula itu agak janggal dan mencurigakan.

Sebagai orang yang jarang sakit sebetulnya saya cenderung lebih percaya yang penting makan dan tidur yang cukup nanti sehat lagi. Jarang mengkonsumsi obat karena keluarga saya sendiri juga lebih pro herbal dibandingkan mengkonsumsi obat dokter. Akhirnya sakit pertama saya kenalan sama antalgin. Sakit kedua saya kenalan ke IGD karena udah nggak tahu lagi harus gimana udah nggak kuat banget akhirnya memutuskan ke rumah sakit paling deket sama kosan. Dan, saya alpha banget tanya sama dokternya saya sakit apa karena udah nggak kuat fokusnya cuma mau sembuh. Lucu banget ketika pulang-pulang ditanya sama orang-orang terus kamu sakit apa? Dan, saya lupa tanya. Saya cuma ketawa. Tapi, saya tahu saya kecapekan setelah 2 minggu tanpa jeda weekend terus ada aja aktivitas, belum lagi serangkaian tugas dan UAS.

Malam minggu saya ke tempat makan favorit karena berharap bisa doyan makan setelah beberapa hari mengalami kemunduran urusan makan-memakan. Eh, nyampe sana ternyata lagi ada all you can eat. Bukan kabar baik bagi saya yang kini lebih sedikit makan dibanding zaman dulu. Tapi, karena nggak mau rugi akhirnya tetep ambil macem-macem. Eh berujung kudu makan pelan-pelan dikit-dikit ampe abis dan sempet hampir mual karena emang lagi sakit jadi badannya lagi manja abis.

2 bulan saya kuliah sambil kerja, 2 bulan 2 kali tumbang. Saya selalu menekankan membaca keadaan, pasti ada yang salah sehingga saya jadi kayak gini. Akhirnya, seperti all you can eat semua orang punya porsi-nya sendiri-sendiri mulai Oktober saya mengatur hidup. Kembali lagi, tujuan utama saya adalah kuliah. Ketika Allah kasih banyak hal ke saya ternyata saya sendiri nggak boleh rakus, harus tetap bijaksana memilih. Jadi, lets see apa yang akan terjadi pada kompromi.

Gambar dipinjam disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *