Ngeluh skripsi dan ngerjain project dari pagi ketemu pagi barangkali bisa dirindukan suatu waktu.
Menjadi fresh graduate dalam opini saya bukan masalah yang simple, sesimple cari kerja, dapat kerja dan kerja terus kerja. Saya menjadi orang yang memaknai fresh graduate mungkin sedikit berlebihan. Tapi, bagi saya daripada suatu hari harus ngeluh “kerjaan ini nggak cocok buat aku” setelah berusia 40 tahun lebih menakutkan daripada berpikir keras setelah fresh graduate mau berkarir jadi apa.
Banyak orang yang ditanya mengapa mereka berkuliah menjawab ingin dapat bekerja dengan lebih baik. Intinya kuliah dan karir. Namun, bagi orang ilmu komunikasi bekerja ini menjadi banyak sekali pilihan bahkan seiring bertambah pesatnya teknologi banyak sekali varian pekerjaan di ilmu komunikasi.
Dengan alasan mengurangi kegagapan fresh graduate ilmu komunikasi yang berada di pasar persaingan sempurna dan memberikan bayangan lebih tentang dunia kerja. Maka Communication Study Club-komunitas mahasiswa ilmu komunikasi yang mewadahi mereka yang ingin mengikuti kompetisi membuat kelas sharing bersama kami yang sudah lulus dan baru saja bekerja. Saya Arfika Pertiwi Putri mewakili dari lulusan komunikasi strategis dan Ulil Choirul bersama Lintang mewakili lulusan untuk jurnalistik.
Jumat, 27 Mei 2016 acara yang dibuat di ruang Teater FISIP ini diikuti oleh anak komunikasi dari angkatan yang berbeda-beda. Kami bertiga bercerita tentang pekerjaan setelah lulus beserta kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan ilmu komunikasi agar siap kerja. Selain itu sharing ini menjadi wadah bagi mereka yang penasaran tentang aplikasi ilmu mereka sendiri.
Sesi sharing yang menahan 3 jam para peserta ini ditutup dengan beberapa pesan.
“belajar adalah seumur hidup,” ujar Ulil.
“Proses tidak pernah mengkhianati hasil,” tegas Lintang mengatakan.
Kemudian saya menambahkan, “dimana pun kita berada, yang paling penting adalah tahu tujuan dan bagaimana cara berkembang.”
Salah satu gymick dari sharing time ini adalah setiap peserta diminta untuk memilih pekerjaan yang mereka inginkan dan dikenakan pada name tag mereka. Ajaib dari sini adalah anak komunikasi nggak pada mikir jadi PNS waktu mereka masih di bangku kuliah (nggak tahu setelah lulus ya) 😛 dan itupun berekuivalen dengan menikah. Okey, yang milih ini future oriented banget.
Sebagian besar anak komunikasi memilih menjadi PR (public relations) sebagai keinginan awal mereka. Disusul dengan keinginan menjadi jurnalis, karena sebagian besar jurusan komunikasi terkenalnya juga jadi jurnalis.
Hey… nyatanya..dunia pasca kampus memang tidak sesimple itu. Never stop to learn aja 😀