(bukan) Terang

“Maaf ya koleksi laguku emang indie kayak gini, jadi kalau nggak cocok request aja,” ujar seseorang dibalik kemudi.
Aku tertegun beberapa saat sampai aku berhasil mencerna lagu yang sedang mengalun memenuhi rongga mobil ini.

Sesungguhnya berbicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita, selalu bisa membuat semua lebih bersahaja .

Aku pun mendengungkan pelan lagu ini. Aku mengenalnya dengan sangat lekat.
‘Deg!’ hatiku seketika mencelos. “Mari berceritaa….”

Di dunia parallel mungkin kita bisa bercerita tentang apa saja. Disana aku hanya ingin menikmati secangkir coklat panas di sebuah kafe. Ah tidak, kenangan tentang kafe dan coklat ternyata adalah upacara patah hatiku denganmu. Mungkin aku ganti dengan seteko teh artisan dengan racikan paling menenangkan. Sesekali kamu menuangkan teh ke dalam cangkir. Kemudian kita akan bercerita banyak hal tentang alam semesta tanpa mengenal jeda. Sesekali kamu menatapku mendalam, sesekali kamu menatapku tanpa tendensi apapun.
Di dunia parallel mungkin kita bisa saling berpelukan melihat matahari terbenam di salah satu pantai berpasir putih. Tentu saja sembari berdebat tentang pemenang nobel ataupun hal-hal lain yang tidak aku ketahui sehingga aku kehilangan kata untuk sekedar mendebatmu kembali.
Di dunia parallel aku ingin duduk berdua berkendara denganmu menikmati warna warni lampu kota. Atau, sesekali akan berdebat untuk memilih playlist lagu.

“Gimana kalau dengerin ten2five aja?” ujar seseorang dibalik kemudi yang membuatku tersadar dari lamunan.
Aku menoleh ke arahnya. Tentu saja aku mengenal grup musik yang ia sebutkan baru saja.

Ia menyerahkan ponselnya padaku.
Tiba-tiba ada sebentuk kehangatan menjalar di hatiku. Mencocokan playlist ternyata seperti menyamakan frekuensi, berdiskusi lewat melodi. Saat kami sepakat pada tiap susunan lagu dan suara, perjalanan bukan lagi tentang ‘aku’ melainkan berubah menjadi ‘kita’.

Denganmu aku tidak sempat mendikusikan pilihan lagu dan kata. Semua lagu menjadi begitu sepihak untuk dipilih dan kemudian tiba-tiba bisa disukai bersamaan. Tentang lagu bahkan aku merasa ada konspirasi Semesta yang membuat semua lagu tepat waktu untuk kita. “Pamit, hati-hati di jalan.”

“Kamu abadi di dunia parallel yang aku ciptakan dalam pikiranku, sebab jika pun nyata bisa jadi tidak seindah di dalam pikiranku.” ucapku dalam hati seranya melempar pandangan ke luar jendela mobil.

Seseorang di balik kemudi melirikku sesekali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *