Benda yang hari ini kita beli kadang kita merasa itu milik kita. Apa yang sudah kita simpan pun kita rasa itu milik kita. Tapi, sayangnya semua hanya berakhir pada ‘merasa’ yang artinya fana, bisa jadi tidak pernah ada.
Kalau saya harus bercerita tentang kehilangan sampai dititik sekarang ada banyak cara Allah berkata pada saya bahwa saya tidak pernah benar – benar memiliki sesuatu. Allah mengajari saya dari hal – hal kecil dan belakangan saya sadar menuju hal – hal besar termasuk diri saya sendiri.
Dulu saya memiliki sebuah baju kesayangan, tiba – tiba dia luntur dan tidak pantas lagi dikenakan. Lucu jika mengingat bahwa saya menangis karena sebuah baju hanya karena saya mendesign-nya sendiri, memilih bahannya sendiri.
Berlanjut saya memiliki banyak hal. Mungkin termasuk saya suka menabung kata – kata dalam hardisk laptop saya. Selama kuliah saya hitung ternyata sudah 2x berganti (sekarang yang ketiga). Dan, file – file itu nyatanya tidak pernah bisa diselamatkan. Selalu hilang. Semua foto yang katanya sebagai perekam kenangan pun raib. Laptop pertama, saya masih sedih. Laptop kedua saya belajar biasa saja. Bahkan kadang merasa, ketika satu fase saya selesai semua kenangannya juga dihapus (Allahualam). Lucunya memang tidak pernah ada hardisk yang selamat (antara memang tukang servicenya nggak bisa atau memang hardisknya).
Handphone juga sama saja. Terhitung juga sudah 2x saya kehilangan tanpa persiapan. Pertama jatuh, kedua dia rusak. Sama, tidak ada yang tersisa. Foto di hp ada di laptop yang rusak juga, berseri bukan?
Mungkin karena latihan benda matinya udah kelar akhirnya saya mulai kehilangan yang lain.
Beberapa saat lalu saya belajar kehilangan kesempatan. Kesempatan yang terlewat. Tapi, mungkin saya pikir belum waktunya saja. Bahkan ada kesempatan yang saya kira ada, ternyata tiba – tiba tidak ada. Lucu. Tuhan memang senang bercanda. 😀
Belakangan saya sempat kehilangan diri saya. Semua hal yang saya punya terasa raib begitu saja. Rasanya tidak memiliki apa – apa. Bahkan mengandalkan diri sendiri pun rasanya masih kalah.
Belakangan saya sadar manusia memanglah tidak pernah memiliki apa apa. Jiwa, pemikiran, bukan sepenuhnya milik kita. Untuk apalah merasa congkak memiliki terlebih untuk hal -hal yang memang tidak pernah benar – benar dimiliki.
Saya menemukan beberapa seni hidup belakangan :
Semua yang terjadi memang harus terjadi, semua yang datang adalah baik dan jika pun harus pergi memang harus. Selalu seperti itu seperti harus.
Kita repot – repot mengatur rencana sepanjang hayat. Padahal yang kita butuhkan kadang memaksimalkan hari ini. Tangan lain akan bekerja, bisa jadi satu hari saja bisa mengubah segalanya dalam hidup kita.
Namun, ketika saya memutuskan menyerah. Saya sadar hidup hanyalah perjalanan pulang. Hidup saya sedih, sulit, bahagia hari ini belum tentu esok serupa, ada banyak kemungkinan, probabilitas dan keajaiban yang bisa diusahakan. Jika bukan hari ini, masih ada esok. Jika tidak ada esok, artinya semua sudah abadi.
Semakin kesini saya cukup memiliki diri sendiri, mengenali sebaik mungkin. Melepaskan setiap orang yang datang dalam hidup saya, bahkan termasuk keluarga. Kemudian berserah tak lupa mencari berkah.
Barangkali pelajaran penting berserak, salah satunya adalah tentang keyakinan.
ALLAH FOUND YOU LOST AND GUIDE YOU (Ad-Dhuha:7)
151102 – 13.34
tiba – tiba aja pengen nulis