Kalau sekarang ditanya lagi apa? Saya jawab saya sedang liburan π
Dimana? Rumah.

Setelah saya kemarin habis grubak β grubuk jarang pulang, bolehlah saya duduk β duduk dulu di rumah menghela nafas. Hahahaha (berkilah dari pengangguran). Kalau ada yang bilang habis skripsi jalan β jalan refreshing kemana gitu, kalau bagi saya cukuplah rumah dengan segala isinya. Kalau kata filosofi kopi, hidup indah begini adanya.
Okey, saya Arfika Pertiwi Putri. Called me Fika, tapi saya suka nama Arfika yang menguji kejelian pembaca karena bisa salah menjadi Afrika. Lahir di Pati, 4 Juni 1992 di tangan seorang bidan desa. Adek dari seorang kakak yang sudah usianya 7 tahun waktu saya lahir.
Karena tempat lahirnya di Pati, rumah saya juga di Pati. Kalau dari Semarang so β¦ so 2,5 jam lah, tapi rumah saya bukan di kota Pati. Rumah saya di kecamatan namanya Kecamatan Winong, 9 km dari pusat kota sekitar 30 menit lah, tapi karena sekarang ada jalan lingkar kalau pulang lebih cepet gak perlu lewat pusat kota. (tenang aja jalannya bagus, mulus)
Then, saya senang di lahirkan di desa. Belakangan saya tahu itu salah satu anugerah terindah yang saya miliki. Karena, semua masih hijau sampai sekarang. Banyak tanah yang masih luas, dan masih sering lihat kembang tebu, denger kodok mengorek hingga suara traktor pas musim jelang tanam padi (tandur).
Makin saya jalan β jalan kemana β mana saya rasa tetap yang kita cari adalah rumah. Begitulah.
Rumah saya, hmmmm saya nggak tau ya tapi saya rasa rumah ini punya soul tersendiri. π
Rumah saya deket sama sawah belakangnya, sebelahnya sawah — (mewah — mepet sawah) π
Dibilang gede, Alhamdulillah setelah lihat perkembangan perumahan masa kini rumah saya itu beberapa kali rumah perumahan. Dan, masih ada sisa tanah yang cukup luas di depan dan di belakangnya. Dari dulu ibu hobi sama taneman, well rumah jadi banyak tanemannya. Sampai akhirnya hobinya berubah menjadi usaha β usaha bunga (saya anaknya penjual bunga). π

Ibu dan Bapak kayaknya memang romantis. Hal yang paling saya sukai adalah kalau mereka berdua bertanam. Kebetulan Bapak di Dinas Pertanian, Ibu adalah Guru. Bisnis bunga dirintis oleh mereka berdua secara tidak sengaja. Tapi, sejujurnya ibu saya lebih bertangan dingin untuk mengurus bunga β bungaan β Bapak semacam teori dan Ibu adalah praktik. Tapi, Bapak piawai kalau bikin stek, sambung, cangkok dll (dulu pas SD, SMP nggak pernah cangkok sendiri pas ada tugas biologi, soalnya di rumah ada banyak hehehhe).
Karena udah dari lampau, rumah saya ibarat Mekar Sari versi My Mom. DI rumah ada banyak bunga dan tanaman musiman (semacam mangga, sirkaya). Ada juga buah lain seperti buah naga, jambu, markisa, belimbing, kelengkeng de el el). Jadi, ya gitu rimbun dan sering ngambil buah sendiri. Diantara banyak kami sempat kecipratan rejeki pas musim demam Gelombang CInta dan Jemani (sekarang punya banyak dan harganya sudah jatuh kembali). Sekarang makin ada banyak varian bunga mulai dari anggrek, mawar, kamboja de el el. Ada juga taneman obat mulai dari temu lawak, taneman yodium de el el.


Thatβs why saya suka di rumah π
Selain itu rumah kami juga pecinta hewan ternak, hahhaha karena kata ibu makanan itu nggak boleh dibuang sia β sia kami punya bebek yang sering bertelur tiap hari. (Liburan : ngambil telur bebek). Hewan lain? Dulu ada kambing, tapi sekarang udah nggak bisa ngurusnya. Hewan lain, banyak primata dan hewan bergelantung (misal tupai yang tiap hari mondar mandir) ada juga kupu β kupu, capung. Ada juga sih burung yang bebas juga yang di sangkar.
Karena suka sama suara air, ada kolam ikan di belakang ruang makan. Tapi, ada juga kolam gede di halaman belakang yang diantara rimbun pohon β pohon jati dan vegetasi lainnya. Saking ibu saya sangat β sangat cinta kealamian, pemanfaatan lain adalah nanem beberapa komoditas dapur sendiri. Misalnya lombok, sawi sendok (favorit saya), atau daun β daun lain yang bisa buat bikin pecel.

Jadi, misal nih nggak ada bahan buat masak kami tinggal ke kebun cari sayur, ambil ikan dari kolam π kalau pas lebaran kami bikin bebek bakar, bebek sayur de el el. Heheheh.
Meja Makan Yang Lovable
Satu bagian rumah ini yang sebetulnya tidak khusus amat, tepatnya berada di persimpangan secara terbuka ialah ruang makan. Tempat ini adalah favorit kami. Makan bersama adalah agenda tetap, minimal makan malam. Disini kami sering bercakap β cakap, bercerita soal aktivitas masing β masing (juga tentang kesingle-an saya, dan gimana future family saya nanti) di ruangan ini. Dinding ruangan ini kayaknya yang paling banyak mendengar percakapan kami. Kursinya 4, tapi karena saya masih single jadi yang duduk cuma bertiga sisa satu (ada yang mau ngisi?) hahhahha.
Begitulah rumah saya. Berteman dengan bunga, sometimes saya hidup dari bunga βbungaan juga. Tapi, nggak bakal nolak dikasih bunga (tapi gak mau bunga bank).
Sekarang status fresh graduate yang lagi liburan di rumah. Sebuah rumah yang kalau saya memang harus kerja di kota besar akan jadi liburan yang menyenangkan untuk anak β anak saya bersama kakek dan neneknya ^,^
Called, Home sweet Home.
Dan, saya juga sedang mencari partner membuat dinding rumah agar bercerita tentang saya dan kamu π