‘Buku ini salah satu buku yang harus saya wariskan kepada keturunan perempuan saya, jika suatu hari nanti dia harus jatuh cinta bahkan patah hati’ – Arfika (2014)
Judul : Ephemera
Penulis : Azaleav (Novi Ahimsa Rosikha)
Harga : Rp. 49.000,-
Pemesanan : http://azaleav.com/order/
Ephemera, jika dia adalah anak maka mungkin saya salah seorang tante yang paling senang atas kelahirannya. Di paragraf ini saya ingin sekali mengapresiasi Ahimsa penulis, pemilik kata, penyambung makna dalam buku ini. Buku ini menurut saya lebih dari sekedar diterbitkan, buku ini benar – benar sebuah bingkisan persahabatan. ‘Saling Membaca’. Tanpa semua cerita dalam Ephemera mana mungkin kami bertemu dan berbincang lebih tentang ‘kehidupan’.
Ephemera, sampul birunya merupakan favorit dari si Penulis. Lebih dari itu biru Ephemera bukanlah melambangkan kebiruan hati, bukankah lagu ‘tenda biru’ lebih mengidentikan pada akhir bahagia meskipun dari sudut yang berbeda? Begitupun dengan Ephemera, sesuai dengan kata yang digaris bawahi bahwa ‘jatuh cinta dan patah hati hanya sementara’. Dengan gambar pesawat kertas yang memiliki 1001 makna, – yang meskipun hanya dari kertas tapi dia tetap bisa terbang diantara awan – yang bebas terbang diatas awan – yang meski rapuh. Sebab, bukankah setiap manusia punya bagian itu? Johari Window mengatakan itu ada dalam kamar – kamar entah dalam blind, unknown, hidden dalam diri manusia.
Membaca Ephemera
Menurut saya, orang yang memutuskan memiliki Ephemera sangat istimewa. Tapi, dia bertambah beruntung jika benar – benar ‘membaca’ Ephemera. Walaupun sekumpulan cerita pendek Ephemera lebih dari sekedar cerita. Ada banyak value (nilai), pemahaman, dan nasehat tentang memahami makna ‘cinta’ dan ‘patah hati’ yang haqiqi. Ini sangat ditonjolkan oleh si Penulis dalam quote – quote di halaman setiap judulnya :
– Karena alur setiap cerita cinta dipegang oleh Allah, maka mintalah hanya pada-Nya ending seperti apa yang kamu inginkan (dalam – Perasaan Kugy hlm 67)
– Semoga Tuhan menjatuhkan cinta hanya kepada pemilik tulang rusuk yang digunakan untuk menciptakanku (dalam – Saya, Jatuh Cinta hlm 79)
– Ikhlas itu tidak cukup dengan melepaskan, ia juga menuntut kita untuk menerima (dalam – Foto hlm 145)
Membaca Ephemera bagi orang yang sedang ‘netral’, seperti merasa bahwa orang jatuh cinta dan patah hati itu rumit ya? Tapi, ketika dilihat cerita pertama hingga cerpen terakhir Azaleav (alias Ahimsa) seperti ingin mengatakan bahwa jatuh cinta dan patah hati menjadi rumit karena kadang – kadang menusia lupa pada dirinya dan banyak meminta bukan pada tempatnya.
Tentang Kebebasan
Bertens dalam bukunya ‘Etika’ mengatakan tentang kebebasan bahwa orang yang bebas secara ekstensial seakan – akan ‘memiliki dirinya sendiri’, ia mencapai taraf otonomi, kedewasaan, otentisitas, kematangan rohani. Ia menambahkan kalimat berikutnya, ‘orang yang sungguh – sungguh bebas dapat mewujudkan eksistensinya secara kreatif’. Membaca Ephemera menurut saya juga tentang kebebasan. Selain memang ‘dibalik’ Ephemera ada cerita kebebasan, dalam tiap cerita Ephemera juga mengandung arti ‘kebebasan’. Tentang membebaskan mimpi, membebaskan hati yang sesuai dalam ruang kebebasan itu sendiri. Karena, bukankah kebebasan yang membabi buta hanya akan melukai pelakunya?
Ephemera lebih dari sekedar cerita. Ephemera adalah pertemuan kita dengan diri sendiri. Ephemera lebih dari sekedar inkubasi. Ephemera ibarat fotosintesis yang hasilnya merupakan oksigen yang membuat kita bersyukur atas segala yang dibuang, yang kita miliki dan yang bisa kita hasilkan. Ephemera adalah cerita bahwa cinta paling tepat ialah hanya kepada-Nya.
Selamat dan terima kasih atas kelahiran dan melahirkan Ephemera, semoga lahir cerita – cerita yang bermakna – makna lainnya.
Warm hug,
Karena menulis ialah menjaring kata – kata dan menjerang makna – makna.
Arfika
Semarang, 141223 – 20.41 WIB