Ilalang tinggi terlihat sejauh jangkauan pandang dari rumah kayu itu. Tempat cuci piring yang biasanya bergerak secara magic membersihkan wajan terlihat diam. Sunyi. Hedwig terdiam di daun jendela yang terbuka seperti mengamati pemiliknya dan berkata disini hanya ada kita. Harry berkeliling mencari tanda yang barangkali ditinggalkan oleh keluarga Weasley. Ada kekhawatiran apakah keluarga ini diburu oleh para pelahap maut. Setahun terakhir Harry begitu sibuk mengunjungi para laskar Dumbledore ke waktu masa lalu, Harry berpikir akan mengujungi keluarga Weasley dipenghujung musim. Tapi, lihatlah sekarang yang ia dapati justru rumah ini kosong tanpa penghuni.
“Ucapkan assalamualaikum dan menghadaplah ke arah barat.” Sebuah pesan Harry temukan disela-sela tembok perapian.
“Assalamualaikum? Mantra baru?” ujar Harry.
Harry tersedot dalam perapian, waktu berpilin terdengar bahasa yang tidak ia kenali.
Badan Harry limbung karena portal yang membawanya. Matanya masih belum mendapatkan fokus ketika telinganya mendengar suara-suara yang sekali lagi asing baginya. Udara kering kini terasa di kulitnya, aroma padang pasir menguasai sepanjang rongga penciuman.
“Harry!!!” suara yang tak asing baginya terdengar. Ron Weasley.
Harry tergagap mendapati Ron berpakaian jubah warna putih dengan sorban yang melilit.
“Ron???” tanya Harry terkesiap.
“Yeah! Assalamualaikum!” sorak Ron mendapati kawannya.
Harry tergagap dan bertanya balik. “Assalamualaikum??”
Ron terkekeh. “Jawablah dengan waalaikumsalam.”
“Apa itu semacam mantra Alohomora, Aperrecium?” tanya Harry dengan air muka serius.
Ron tertawa renyah. “Bukan, itu salam dalam agama islam artinya menyampaikan pesan damai, rasa hormat dan doa.” Ron kemudian merangkul sahabatnya.
Harry masih tidak paham dengan yang terjadi dengan Ron dan padang pasir ini.
Rumah kubus bertumpuk-tumpuk menjalar sepanjang blok. Sepanjang jalan Ron mendapati kata ‘assalamualaikum’ dari orang-orang yang melihatnya. Kini ia ada disalah satu rumah kubus setelah Ron merapal ‘alohomora’ pada pintu mereka berhasil masuk. Pemandangan yang Harry rindukan seperti bak cuci piring yang bergerak magic, foto-foto yang bergerak berulang dan sapu yang terdengar berisik terlihat di depan matanya. Ini rumah keluarga Weasley. Harry tersenyum mendapati hal itu.
“Harry!” sapa Nyonya Molly Weasley. Ia memakai terusan warna hitam dengan penutup kepala yang menjulur menutupi dada dengan warna senada.
“Harry,” suara lebih pelan dan halus yang ia kenal suara Ginny Weasley.
Harry makin bingung dengan perubahan yang terjadi dengan keluarga Weasley. Hari itu Ginny memakai terusan warna abu dengan penutup kepala yang menjulur menutupi dada ia terlihat begitu anggun dan cantik.
Dengan cepat Nyonya Molly Weasley meraih pundak Harry. “Duduklah Harry! Ginny tolong bersihkan meja, kita harus menjamu Harry Potter.”
“Nyo-nya nyo-nya Weasley a-pa a-apa yang terjadi dengan kalian?” tanya Harry dengan suara terbata-bata.
“Harry semua terjadi begitu cepat Harry.”
“Awal musim panas yang lalu Dumbledore datang ke mimpi Arthur dan meminta kami semua untuk berpindah ke timur tengah. Dalam mimpi itu Dumbledore pun berpesan untuk mempelajari sebuah agama yang akan menghindarkan kami dari kejahatan dia-yang-tidak-boleh-disebut-namanya.” Nyonya Molly Weasley menjelaskan.
“Iya Harry, kemudian disini kami belajar banyak tentang islam,” sahut Tuan Arthur Weasley yang berdiri di sisi belakangnya.
Kemudian Ginny telah datang dengan kurma dan setangkup kebab.
“Makanlah Harry, Kurma sangat baik untuk mengembalikan staminamu,” pinta Nyonya Molly dengan tulus.
“Kalian tidak makan?” tanya Harry kemudian sambil mengambil sebuah kurma.
“Ini adalah bulan Ramadhan bagi umat muslim, kami sedang menjalani puasa selama sebulan penuh menahan lapar dahaga dan nafsu dari waktu matahari akan terbit hingga nanti terbenam,” jelas Tuan Arthur lagi.
“Ah ya, temani kami berbuka hari ini Mama memasak nasi kabsah ayam,beef kofta dan sambosa,” sahut Ginny tiba-tiba.
Nyonya Molly dan Tuan Arthur tersenyum mengiyakan.
“Allhu Akbar…. Allahu Akbar..” terdengar lirih suara yang masih asing di telinga Harry. Namun, semua keluarga Weasly serentak mengatakan “Alhamdulillah” sembari tersenyum.
“Mari Harry kita berbuka puasa bersama,” ajak Tuan Arthur sembari mengambil beberapa butir kurma.
Namun, seketika setelah adzan selesai berkumandang seekor burung hantu mengantarkan sebuah surat.
Wajah Tuan Arthur Weasly menjadi pucat pias. “Sungguh pelahap maut sudah semakin membabi buta.”
“Kenapa, Yah?” tanya Ron.
“Kita harus segera pergi, peperangan sudah dimulai,” gumam Tuan Arthur sembari menyerahkan surat kepada istrinya.
Harry terlihat tak kalah gusar. “Tapi, laskar Dumbledore sekarang hanya berjumlah sendikit.”
“Yah, ingat cerita Perang Badr saat kaum muslim berjumlah sangat sedikit sedang musuhnya 3x lebih banyak? Dimana turunnya surat Al-Anfal ‘Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang beriman..’ kemudian saat selesai perang seorang ibu bernama Rubbayi bertanya pada Rosul tentang kematian anaknya Haritsah ibn Suraqah yang lehernya tertembus anak panah, Rosul dengan dengan tegas berkata bahwa nilai sebuah kematian tergantung pada niatnya. Jadi, kunci ini semua adalah teguhnya pendirian serta niat kebaikan,” jelas Ginny terlihat begitu tenang.
Tuan Arthur tersenyum, “terimakasih sayang sudah mengingatkan.”
__________________________________________________________________________________________
*Bloquer-Serrure dalam bahasa perancis terjemahan bebas artinya Kunci Pembuka
Bacaan penunjang : Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Lings, Martin. Jakarta. Serambi Ilmu Semesta : 2007.
Fansfiction ditulis untuk mengikuti #GregetRamadhan @GregetanNulis dengan tema ‘Berbuka Puasa’
Gambar sebelum ber-quote di pinjam dari sini