Menonton Harry Potter lebih cenderung jauh dari kata bosan walaupun sudah diulang berulang kali. Salah satu yang muncul adalah para sutradara yang bertemu dengan pemeran Harry Potter serta bercerita tentang pembuatan film tersebut. Dulu memang jarang memperhatikan siapa yang jadi direktor dari setiap film, karena lebih fokus pada film itu sendiri.
Ternyata setiap direktor dari fase cerita Harry Potter berbeda-beda dari kanak-kanak hingga dewasa. Sutradara sendiri selalu mengawali dengan kalimat fase ini akan seperti apa, seperti kanak-kanak yang bebas lincah, remaja yang romantis dan dewasa yang politis. Dari sini aku berefleksi pada satu hal, setiap fase memiliki orang-orangnya sendiri. Kadang orang di masa lalu sudah tidak lagi memiliki rasa yang bisa dibawa ke masa kemudian. Karena, semua sudah selesai dan sudah harus berganti direktor.
Alih-alih mempertahankan direktor yang sama sejak awal, ketika berubah bukan berarti tidak setia. Karena setia bukan melekat pada waktu dan tempat, tapi tentang rasa. Rasa bisa saja menetap selamanya, tapi ketika semua berubah, setiap rasa seyogyanya terhimpun dalam bilik-bilik memori. Bijaksana tidak menggugat oleh semua yang telah tersurat.
Bukankah lebih baik berbahagia pada setiap masa yang pernah ada? Seperti para direktor Harry Potter yang bebas bercerita bukan tentang siapa yang lebih baik daripada siapa. Karena setiap direktor adalah terbaik pada fasenya.
Selamat memulai 2022, I hope everything better this year.