(saat) Jatlag Semangat

Menurut kamuskesehatan.com

Jet lag adalah sebuah gangguan sementara yang menyebabkan kelelahan, insomnia, dan gejala lain akibat dari perjalanan udara melintasi zona waktu yang cepat. Gejala lain jet lag meliputi kecemasan, sembelit, diare, kebingungan, dehidrasi, sakit kepala, lekas marah, mual, berkeringat, masalah koordinasi, dan bahkan kehilangan memori. Beberapa individu dapat melaporkan gejala tambahan, seperti detak jantung abonormal dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit.

Jatlag bukan cuma naik pesawat, gimana kalau yang jatlag adalah semangat?

Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu, saya sempat mengalami kegalauan kronis. Ditambah banyak kompleksitas, makin gak jelaslah Si galau ini. saya galau kenapa ya? Akademik? Cinta? Atau galau apa?

Setelah melakukan over analyze akhirnya ketemu juga jawabannya bahwa saya sedang mengalami jatlag. Jatlag target dan semangat.

Deadline A, tugas B, presentasi C, harus ke A, bikin si B dan selalu kaya gitu selama satu tahun kemudian tiba – tiba ilang semua karena udah kelar. And then aku ngapain sekarang? Selama 1 tahun dalam target yang pasti dan terchecklist terus tetiba udah nggak ada, ternyata itu bikin galau.

Ya sama kata jatlag naik pesawat, gangguan semangat sementara menyebabkan kelelahan karena kemarin lari marathon punya target 2 mil sekarang cuma jalan doang. Insomnia, iya pasti soalnya mikir mau ngapain nih?

Yuk, sembuh !

Sakit gak sih? Secara fisik sih nggak, tapi secara batin iya banget. Gimana nggak tertekan kalau tiap hari ditanya udah bab berapa, udah magang dimana? (untung belum ditanya nikah kapan 😀 😀 😀 😀 )

Seperti semangat yang decline itu punya banyak potensi untuk makin lemah, makin mencerca dan mengkritisi diri berlebihan. Masih mending kalau mengkritisi diri sendiri, kalau sampai banding – bandingin diri sendiri sama orang lain. Yaaaah makin sakit banget iya. Realitas mana yang akan terbentuk untuk dua sudut pandang yang berbeda? Ibarat pakai kacamata yang kanan minus yang kiri plus.

Jadi, ketika jatlag semangat mending semedi (bertapa) dulu. Bukan dengan ngilang di gua selama berminggu – minggu, nyepi di kamar kosan tapi cukup dengan bertanya pada diri sendiri. Mungkin mulai menganalisis (lagi) SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat) diri sendiri.

Bikin target. Iya kesalahan sih emang dengan tidak adanya target jangka pendek sesegera mungkin. Secara nggak langsung ini adalah pijakan, biar napak nggak ngambang.

Mungut semangat dari mana aja. Semangat paling penting tetep dari diri sendiri, tapi buat membangun semangat itu bisa dengan berbagai cara. Bisa dengan baca buku, baca quote, atau kayanya buat saya melihat bukti adalah salah satu cara curi semangat. Maksudnya gini, jadi saya liat temen – temen saya yang udah skripsi, udah magang, membuat saya semangat.

And finally, akhirnya saya nggak jatlag lagi. Ya balik lagi, semangat juga ada life cycle –nya kok, dari birth, grow, mature dan bisa aja decline.

Nggak usah kelamaan galau, take action! Doa – doain dikitlah biar lancar. Hehehe. Happy graduation!

Den Menschen macht seiner Wille gross und klein – kemauanlah yg membuat orang besar atau kecil

 

after all, im back

28/10

1.19

3 thoughts on “(saat) Jatlag Semangat

  1. Lima cara untuk menang :1. Tahu saat perang dan tidak berperang2. Tahu memanfaatkan kekuatan pasukan3. Rebut simpati dan dukungan rakyat4. Tunggu untuk antisipasi yang belum siap5. Perwira cakap menjadi komandan yang tanpa campur tangan pemerintah.Mengenal lawan dan diri sendiri :1. Tahu kekuatan sendiri dan musuh utuk mampu masuk dalam peperangan tanpa ancaman bahaya2. Tahu kekuatan sendiri dan tak tahu kekuatan musuh memberikan kesempatan menang hanya separonya.3. Tak tahu kekuatan sendiri dan musuh akan kalah.

  2. penyelenggaraan bimbingan karir. Strategi ini berlangsung melalui permainan, yang segaligus dalam setiap permainan dapat menjangkau beberapa matra sasaran. Permainan adalah suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang sudah diterima secara sukarela tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya sendiri, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran lain daripada kehidupan sehari-hari (Johan Huizinga, 1990: 39).

  3. Between me and my husband we’ve owned more MP3 players over the years than I can count, including Sansas, iRivers, iPods (classic & touch), the Ibiza Rhapsody, etc. But, the last few years I’ve settled down to one line of players. Why? Because I was happy to discover how well-designed and fun to use the underappreciated (and widely mocked) Zunes are.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *