Leaving – On A Jet Plane

Aku sendiri tidak tahu tujuan penerbangan ini. Benar – benar hal yang aneh bukan? Walaupun aku sudah memesan tiket jauh sebelumnya untuk mempersiapkan kepergian ini, tapi tiket itu bertuliskan tujuan ; RAHASIA. Jangankan tanya nama bandara, ke tempat mana aku pun tidak tahu.

All my bags are packed, I’m ready to go

Rumah itu ada di ujung persimpangan. Mau aku gambarkan interiornya adalah tumpukan buku dan papan tulis berwarna hitam dengan berbagai coretan dari kapur. Dibeberapa sudutnya ada cangkir – cangkir coklat, kopi kadang teh atau gelas – gelas untuk jus jeruk. Dulu biasanya kita berlama – lama duduk, kamu membaca, aku mencatatat, kadang kamu mencoret dan memenuhi dinding – dinding rumah ini kemudian kita tertawa hingga pagi tiba. Sekarang,di sisi ruangan ini aku berkemas. Aku tidak bisa membawa banyak barang tapi, tetap saja koper ini sangat berat sekali. Lazimnya memang para penghuni akan bersama – sama mengisi sebuah rumah bukan? Walau belum begitu lama, entah mengapa aku merasa rumah ini penuh barang.

I’m standing here outside your door

Entah dikatakan drama pelarian macam apa ini. Aku sudah berdiri disini di luar rumah yang hampir ratusan hari kita huni. Aku pandangi lagi isinya, sekadar memastikan atau sebagai bagian dari ingatan. Entahlah itu yang memang aku lakukan beberapa bulan terakhir. Tentang kepemilikan rumah ini aku tidak tahu, aku hanya ingat aku cukup nyaman tinggal disana dulu.

I hate to wake you up to say goodbye

Kamu ada disana, entah apa yang sedang kamu lakukan. Akhir – akhir ini aku makin enggan mengganggumu. Jadi aku makin tak tahu eksperimen apa yang sedang kamu buat, atau buku apa yang sedang kamu baca. Kita sudah lama tidak berbincang, terakhir paling hanya bertegur sapa dan basa basi saja. Oleh karena itu aku makin tahu rumah ini kian sepi seperti tanpa penghuni. Mungkin sekarang kamu sedang istirahat dan sebenarnya aku cukup benci untuk berpamitan. Sebenci meninggalkan rumah ini.

But the dawn is breaking, it’s early morning

Tapi, aku harus flight dengan penerbangan pertama. Jadi nampaknya aku tak sempat mengatakan apa – apa, hanya perbincangan terakhir kita yang singkat semalam.

The taxi’s waiting, he’s blowing his horn

“Diiin…. Diiinn……” suara klakson taxi memekakan telingaku. Astaga, kenapa sopir taxi itu sangat cerewet sekali. Frekuensi gelombang itu bisa membangunkanmu. Maka aku buru – buru beranjak dan memasukinya.

Already I’m so lonesome I could die

Pemandangan kota di pagi hari hanya jadi bagian lamunanku. Seperti halnya dulu yang aku tahu berpergian sendirian seperti berjeda dengan diri sendiri. Ada sepi, ada isi kepala yang terus berdenyut menanyakan begitu dan begini.

So kiss me and smile for me

Aku berharap ada senyuman yang terus terukir dari sela rak – rak rumah itu. Seulas saja untukku, aku tidak berharap ada bingkai foto kita. Itu mungkin yang tepat bahwa, bahagia itu sederhana.

Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
I don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go

Seperti dalam perjanjian kita yang tidak pernah terucap dan tertulis ; bahwa tidak akan ada yang pernah menunggu, meninggalkan, memutuskan, menyatukan, atau menceraikan. Tidak seorang pun dari kita. Walau diam – diam aku yang membuat perjanjian dengan diriku sendiri. Sehingga aku tidak pernah berharap kamu tiba – tiba menyusul ke bandara seperti adegan antara Cinta dan Rangga dalam film legendaris ‘Ada Apa Dengan Cinta’ atau kamu harus cemas karena aku tidak pernah pulang.

I’m
There’s so many times I’ve let you down
So many time I’ve played around
I’ll tell you now, they don’t mean a thing

Kita pernah sesekali bertengkar. Aku pergi berhari – hari dalam diam dan kamu pun hanya diam di rumah. Seyakin itu bahwa aku pasti kembali karena kamu yakin aku mencintai rumah itu kemudian kita bisa tertawa lagi berhari – hari. Dulu.

Every place I go, I think of you
Every song I sing, I sing for you

Dari semua yang terjadi aku hanya takut bahwa ketika aku sampai di suatu tempat nanti aku tetap mengingat rumah itu, catatan – catatan itu. Padahal barang kali rumah itu sudah banyak dimakan rayap dan sarang laba – laba menjuntai dimana – mana. Aku punya keraguan besar atas mimpi yang telah ternodai oleh asumsi. Sebab tau betapa sulitnya pergi, sebab tau betapa sulitnya kembali.

Now the time has come to leave you
One more time, oh, let me kiss you
And close your eyes and I’ll be on my way

Dan ketika aku mengenakan lagi headset ke telingaku, ini adalah potongan terakhir sebuah lagu. Dream about the days to come. When I won’t have to leave alone. Di depanku kini hanya ada sekotak jendela dengan lukisan awan biru dan laut berombak yang tipis menyapu. About the times that I won’t have to say

DSC00205

I’m on the jet plane,
140907
11.39 A.M

Terimakasih untuk lirik Leaving On A Jet Plane yang ada ditengah – tengah pemugaran skripsi.

2 thoughts on “Leaving – On A Jet Plane

  1. Aku kok teringat Lexy pas minta cerai ya? 😀
    I love your way making a narrative song. Nice fikaaa. Baru obrak abrik blogmu lagi 😀

    Eh ini biar follow caranya gimana sih?

Leave a Reply to azaleav Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *