Lagi galau berat soal nikah, tiba-tiba buka file ini dan membuatku berpikir banyak tentang pernikahan dan hubungan dalam pernikahan itu sendiri. Thank you Fadh.
Sehidup Sesurga | Fadh Pahdepie | Panda Media, 2016 | 206 halaman
Tak ada kompetisi dalam hubungan suami istri, sebab kita berada di tim yang sama. (hlm 71)
Kami akan memiliki pernikahan yang lebih baik, keluarga yang bahagia, dan kualitas kehidupan yang dipenuhi keberkahan, jika masing-masing kami menjadi individu-individu yang berusaha menjadi lebih baik setiap harinya—- tentu dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain. (hlm.48)
Pertama, jangan saling membicarakan di belakang.
Kedua, jangan saling men-judge pasangan.
Ketiga, jangan menciptakan pikiran negatif.
Keempat, meminimalkan komplain.
Kelima, saling mengakui kesalahan dan tidak saling menyalahkan.
Keenam, jangan berbohong.
Ketujuh, menghindari dogmatisme.
Kadang-kadang kita memang tak membutuhkan kehidupan lainnya, yang seringkali kita bayangkan sebagai kehidupan yang sempurna. Kita hanya perlu mensyukuri apa yang ada, yang sudah kita punya, sambil sesekali membersihkan lensa kacamata agar lebih baik dalam melihat apa saja yang indah di sekeliling kita. (hlm.85)
Rumah adalah bangunan cinta yang kita dirikan bersama-sama. Disana, ada tangga-tangga tempat kita belajar setahap demi setahap, menjadi sepasang manusia yang lebih dewasa dan bijaksana. (hlm. 87)
Status kita boleh suami-istri, tapi sampai kapan pun kita akan selalu menjadi teman dan sahabat. Kita berteman karena saling menemukan persamaan-persamaan. Dan, kita bersahabat karena saling memahami perbedaan-perbedaan. (hlm. 100)
“Bagi seorang ibu, pergi belanja mingguan saja sudah merupakan suatu kebahagiaan, semacam liburan, bersenang-senang di waktu senggang.” (103)
Yang sering luput kita sadari dalam ‘mencintai’ adalah bahwa harapan-harapan yang kita reka dalam kepala kadangkala mengacaukan sudut pandang kita. Disini, cinta memerlukan banyak sudut pandang : seandainya engkau bisa tahu seberapa besar dan seberapa dalam perasaan seseorang dalam mencintaimu, kau akan kehilangan semua cara untuk mengucap syukur dan terimakasih (107)
Tentang masa lalu, kita membutuhkan perasaan lapang untuk ikhlas dan bersyukur. Tentang masa depan, kita membutuhkan pikiran yang jernih untuk terus optimis dan berprasangka baik. Tentang masa kini, kita membutuhkan jiwa yang kuat untuk bekerja keras dan tawakal. Sisanya, sediakanlah ruang dalam diri kita untuk memahami bahwa takdir adalah akibat. Maka, mari kita ciptakan sebab-sebab yang baik untuk akibat-akibat yang lebih baik. Tuhan dan semesta tak pernah berhenti bekerja kan?
Bahagia itu sederhana. Sesederhana rasa bangga bahwa kitalah yang menentukan kebahagiaan kita sendiri. Tentang yang satu ini, jangan mau didikte orang lain, sebab kitalah tuan bagi diri kita sendiri. Apa yang menurut orang lain lucu, belum tentu bisa membuat kita tertawa. Apa yang menurut orang mewah dan berkilauan, belum tentu akan membuat kita takjub dan silau. Bila menurut orang lain hidup kita tertekan dan menyedihkan, kita tak perlu serta-merta menangisinya kan? Tenang saja. Nasib kita tidak ditentukan apa kata orang. Maka, jangan melulu ikut kerumunan. Kebenaran lebih sering berada di luar kerumunan dan pendapat banyak orang.