#JUNE Mendengar Kabar Saudara Tua

“Gimana Dili? Apakah seperti Jakarta?” tanyaku pada mereka sewaktu makan bersama.
“Nggak seramai itu,” jawab salah satu diantara mereka yang mengenalkan diri dengan nama Abita.

Dalam buku teks sekolah saya sewaktu SD masih sempat mendapati hafalan Timur Leste sebagai salah satu bagian republik ini. Kebetulan ada anak baru yang datang ke camp dan mereka dari Timur Leste. Saya jadi baru ngeh, saking media Indonesia yang terlalu Jakarta centris, Jawa Centris jadi melupakan bagian – bagian dunia lain.

Perbincangan surface saya paling seputar hal – hal keseharian disana. Bahwa Timur Leste memakai dolar dalam kesehariannya. Saya jadi berbincang, “Kalian merasa harga disini murah dong ya?”. “Iya, jadi mau beli apa – apa. Baju ini bagus disini murah, disana mahal,” tanggap mereka sambil tertawa dan membenarkan kuncir.

Saya menanyakan beberapa hal lainnya seperti bahasa keseharian yang digunakan disana. Bahasa inti di Timur Leste adalah bahasa portugis, bahasa timur leste, bahasa Inggris. Ada juga bahasa Indonesia yang baru dipelajari saat SMA, dan katanya itu pun sangat sedikit sekali. Katanya, kalau mau dapat kerja di Timur Leste mereka harus bisa bahasa Portugis dan Bahasa Timur Leste. Jika mereka bisa bahasa Portugis dan bahasa Inggris tapi tidak bisa bahasa Timur Leste maka mereka tidak bisa diterima. Saya jadi takjub, dengan identitas yang mereka junjung tinggi – bahasa ibu mereka. Salah satu diantaranya ada yang memutuskan SMA di Bali karena bahasa Portugis yang sulit.

Timur Leste dan Portugal

Ada satu lagi yang saya tanyakan, “siaran disana TV mana aja?”. “TV Indonesia juga, ada TV TL tapi cuma ada berita doang. Oh ada satu lagi, TV Portugal kerja sama langsung dengan Portugal,” jawab mereka kemudian. Jadi, sepertinya memang Timur Leste memiliki hubungan yang baik dengan Portugal bahkan salah satu beasiswa yang acap kali diterima anak Timur Leste adalah ke Portugal. Dan, ternyata siaran TV mereka dengan kita (Indonesia) sama aja. Satu lagi, selain konsumsi sinetron yang sama mereka juga tahu lagu Indonesia saat salah satu lagu yang mereka suka diputar di warung saat itu. Selain lagu Indonesia, ada beberapa lagu lain yang mereka konsumsi seperti lagu latin, lagu Timur sendiri juga lagu berbahasa Inggris.

Barang Konsumsi

Barang yang dikonsumsi di Timur Leste berasal dari berbagai negara seperti Philipina, Portugal. Katanya kalau disini mereka banyak menjumpai soda, di Timur Leste lebih banyak rasa buah. Untuk handhone harga disini dan disana lebih murah di Indonesia. Katanya IPHone 4 bisa mencapai seharga motor disini. Tapi, kalau harga mobil dan motor lebih murah disana dan kebanyakan adalah mobil Jepang atau Korea.

Makanan

Makanan di Timur Leste saat saya tanya ialah babi, ayam kampung, daging kerbau. Mereka mengeluhkan kalau disini kebanyakan ayam potong. Kemudian saya tanya, “gimana dengan makanan Jawa?”, mereka menjawab “Suka asal pedas, kalau manis tidak suka,”. Sepertinya makanan Jawa memang punya stereotipe manis ya dimana – mana.

Kalau Kita Federasi

“Kalian tinggal di Dili?” tanya saya kemudian. “Iya, tinggal di dekat kedutaan Amerika”, jawab mereka santai. Kemudian mereka bercerita panjang lebar tentang beberapa kedutaan di Timur Leste mulai dari Australia, Portugal, Amerika dll. Saya jadi membayangkan kalau setiap provinsi di Indonesia jadi Negara berapa banyak ya kedutaannya?

Now,

Saya pernah mendengar bahwa sekarang Timur Leste lebih baik perekonomiannya. Kemudian saya tanyakan pekerjaan apakah yang banyak disana? Mereka jawab pengusaha. Selanjutnya mereka juga bercerita tentang beberapa hal seperti keberagaman suku bangsa disana. Hari ini saya bertemu dengan saudara tua kita, Timur Leste. Itu baru yang sudah berpisah, saya belum berkenalan dengan banyak suku di Indonesia. Kalau tak sempat berkunjung, sekedar tahu cerita sudah menjadi suatu kabar gembira.

Pare, Kediri 150611
20.51 P.M
Arfika

One thought on “#JUNE Mendengar Kabar Saudara Tua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *