Amplop berisi ringgit dan bath sudah disiapkan, koper udah siap dan perjalanan telah dimulai dari Semarang sehari sebelum flight pagi ini. Nasi Lemak Pak Naser sudah tandas sejak dibagikan oleh awak pesawat beberapa menit yang lalu, lapar atau doyan agak-agak mirip sih emang. Tips banget buat yang flight naik Air Asia recomend pesen makanan sekalian sebelumnya, apalagi kalau flight pagi. Ini memberikan banyak kebaikan termasuk lebih hemat dan lebih praktis waktu.
KLIA 2 menyambut kedatangan dengan panjangnya antrian di imigrasi. Di KLIA juga beli kartu perdana buat selama di Malaysia, kalau dari warnanya semacam yang satu turunan si Kuning yang satu turunan si Merah. Keluar dair KLIA kami segera cari bus buat ke KL Sentral karena rencana kami mau ke Kedah menggunakan Bus. Jadi, UUM itu ada di Kedah yang jaraknya kayak dari Semarang ke Jakarta kalau dari KL. Kemudian,ada beberapa alternatif yang bisa digunakan sebetulnya untuk kesana bisa pake bus, pesawat maupun kereta. Tapi, dengan pertimbangan budget dan sekalian pengen liat kenampakan geografis Malaysia akhirnya bus-lah yang dipilih. Jangan khawatir bus jarak jauh Malaysia itu nyaman banget dengan kursi 1, 2 plus ada colokan dan wifi lho untuk yang eksekutif. Dalam perjalanan ini karena baru pertama kali menjelajah Malaysia akhirnya saya dan rombongan banyak wasting time sekali. Rute Perjalanan Ini adalah KLIA – KL Sentral – TBS – Kedah, padahal ada KLIA – KEDAH. Tapi, karena istilahnya jalan-jalan kami jadi seneng aja.
Alternatif lain :
Pesawat : KLIA – Alor Star (tapi ke UUM butuh waktu 2 jam kalau nggak salah).
Metro : KLIA – KL Sentral – Kedah (ke UUM butuh waktu 1 jam kalau nggak salah).
KL Sentral
KL Sentral adalah stasiun pusat dari Malaysia, jadi metro dari berbagai tempat pusatnya disini. Di KL Sentral juga jadi tahu kalau mau piknik ke Malayasia cukup ke KL Sentral dan kita bisa kemana saja. Tempatnya besar dan bersih. Kayaknya memang pemerintah Malaysia berupaya keras untuk menjadi lebih maju. Disini juga ada tempat penukaran uang bagi yang kelupaan belum tuker di KLIA atau nggak sempet. Oh ya, harga LRT KL – KL Sentral itu 12 RM atau sekitar Rp.37.000,- Di KL Sentral saya dan dua senior sempet makan di KFC yang letaknya di lantai paling atas karena mereka belum sarapan. Setelah itu kami mencari metro yang integrasi dengan TBS. Bentuk tiketnya ialah bulatan berwarna kuning dengan harga 5 RM atau sekitar RP.15.000,- .
TBS
TBS merupakan Terminal Bersepadu Selatan dimana semua rute kemana pun bisa kita dapatkan disini mulai dari sekitar Malaysia dari ujung ke ujung sampai ke Singapur pun ada. Agak nggak berutung karena long weekend saat itu antrian disini sangat panjang sekali. Setelah tiket TBS-Changlun seharga 45RM atau sekitar Rp.138.000,- kami dapatkan kami pun berkeliling TBS. Tempat ini sangat nyaman dibuat modern dengan eskalator dan food court dimana-mana. Kami pun naik ke lantai paling atas untuk duduk-duduk karena bus kami masih nanti malam. Di sana dengan mudah ditemukan colokan, oh ya jangan lupa beli colokan ala Malaysia kalau datang lebih lama disini beda jenis colokannya. Well, karena hari itu libur panjang dengan intensitas tinggi maka bus kami pun delay sampai 4 jam dari jam 9 sampai jam 1 malam.
Welcome Changlun
Jauh api dari panggangan bukannya melihat sekitar, malam itu kami tidur sampai pagi di Changlun. Changlun merupakan nama terminal kecil yang dekat dengan UUM, ke UUM sekitar 15 menit kalau dari situ. Changlun sebuah kota kecil yang sepi, taksi yang tersedia pun tidak bagus :’) kebanyakan dari yang liat sopir bus dan dan sopir taksi berasal dari ras India. Naik taksi ke Kampun UUM kami dapat 7RM atau Rp.21.000,- nggak ada argo, jadi pastikan harganya antara 5RM-7RM.
https://www.instagram.com/p/BTjPjvllvLK/?taken-by=arfikapertiwi