Now

Lorong yang didominasi warna putih ini jadi tercemar oleh kehadiran kita berdua. Aku yang hari ini menggunakan setelan peach dan tosca serta kamu dengan suiter warna navy. Kita berjalan bersisihan untuk mencapai ruangan di ujung lorong. Bau khas rumah sakit yang terlalu asing untukku dan sedang menjadi biasa untukmu. Sudah hampir tiga bulan terakhir kamu sakit dan baru sekarang aku bisa menemanimu. Bukan karena aku tak mau, tapi jarak sempat jadi pilihan dimana kita akhirnya tidak saling bertemu.

“Silahkan menunggu, dokter Yosal belum datang,” ujar seseorang di ujung lorong sebelumnya yang pastinya setiap hari memakai setelah warna putih seperti dinding rumah sakit ini.
“Kenapa nggak datang tepat waktu aja, daripada nunggu,” kataku sembari berjalan bersisihan menggamit tanganmu.
“Nggak apa – apa,” jawabmu singkat.

Tubuhmu semakin kurus dari tiga bulan sebelumnya, wajahmu tetap sama mungkin sedikit tirus. Kita duduk bersisihan dan aku tetap menggamit tanganmu, tangan yang hangat disaat lorong ini diatur dengan temperature air conditioner beberapa derajat lebih rendah dari suhu tubuhmu. Tiga jam sebelumnya ada aku yang ngotot untuk mengantarmu ke rumah sakit.

“Makanya jaga kesehatan, kebanyakan begadang sih,” ceramahku saat duduk bersisihan makan siang tadi.
“Kamu juga jaga kesehatan,” timpalnya kemudian sembari menghabiskan makan siang.
“Nggak usah peduli sama aku,” balasku sambil mengunyah makanan dan mencoba menatap matanya.
Dia terdiam dan tidak mengatakan apa – apa.
Kamu terdiam kemudian melempar pandang ke daun pintu diujung lorong. Aku juga terdiam menggamit erat lenganmu. Ada nyeri yang kadang menghinggap diantara spasi jarak kita. Bisakah kalian membayangkan orang yang kalian yakini untuk dicintai suatu hari nanti akan pergi? The one that got away. Untungnya pemahaman itu terbentuk lama sudah dan rasanya hatikupun terlalu kuat sekarang untuk kehilangan.

“Aku pikir kita tidak akan bertemu lagi, habis kamu ilang nggak berkabar,” celetukku.
Dia menoleh kearahku, “Aku istirahat, makanya ilang”.
Tiba – tiba daun pintu terbuka dan sesosok laki – laki paruh baya ada dibalik meja di dalam sana.
“Apakah anda tidak ikut juga?” tanya seorang suster yang menatapku aneh ketika ia beranjak dan berjalan memasuki ruangan ukuran 5×6 itu.
“Tidak, saya disini saja,” seulas senyum kuberikan pada perempuan berambut pendek itu.

Kemudian aku duduk di bangku tunggu itu sejam lamanya sembari memnghabiskan novel yang baru aku beli kemarin. “Biarlah aku tinggal. Mengatarkannya saja jadi bagian dariku, menemaninya hingga waktu memutuskan untuk menyudahinya. Karena aku cukup tidak tahu tentang masa depan, maka aku ingin mencintainya dengan baik sekarang. Dan, biarlah Tuhan yang mengaturnya urusan itu untukku dan untuknya.”

Now is all I know
Now is all I got
And I don’t know
If there will be tomorrow for us.

Now is all I care about
Now that you are here
Now that you’re the contents of my heart.

Now you’re all I know
Now is all I promise
And I don’t know
If there will be a future for us.

Now is all I live for
Now that you are near
And it was best that from the start it was clear.

Loving is not owning
We can let it go
Loving is not owning
You can let me go

There’s a reason
Why we love each other now
And we don’t know if this is forever.

There’s a reason
Why we are together now
And we don’t care if it’s not forever now.

Now is all I think about
Now that I am happy
And I’m not sure
If there will be a future for us.

Now is all I offer
It’s everything I got
And I still wish
That there will be a tomorrow for us.
– Now, MYMP

take from tumblr_m7z5hhCHgM1qjck12o1_500

🙂

Arfika – 140524

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *