NSP

“Berapa banyak waktu kita?” tanyamu dengan muka penuh curiga.
“Sebanyak yang kamu bisa,” jawabku ringan.

Hujan masih menyisakan gerimis yang tipis. Bangku kayu di sekitar peron ini tidak begitu penuh, hanya beberapa orang yang nampak sama duduknya dengan kami. Menunggu. Menunggu kereta yang datang.

Kamu mendengus pelan.

Di usiamu yang ke-22 gurat dewasa membuat parasmu kian sempurna. Ah iya, dari sembilan tahun yang lalu bukankah kamu memang selalu cantik? Sembilan – bolehkah aku eja lagi s-e-m-b-i-l-a-n. Astaga, selama itukah Tuhan mengijinkan kita bersahabat?
“Kamu curang, kamu tidak datang,” ucapmu dengan nada marah, sedih dan kecewa, namun memaklumi.
“Tidak ada yang bisa bernegosiasi dengan waktu, kamu tidak dan aku juga,” kataku kemudian.
Kamu kini menghela nafas.
“Tapi, ada atau nggak ada kamu, aku akan tetap berbahagia,” protesmu dan kali ini disertai dengan sikapmu yang pongah.
“Ahahahhaha, harus itu.” Tawaku membahana.
“Kenapa kamu begitu bahagia?” tanyamu kali ini dengan cemberut seperti gagal membuatku kecewa dengan kepongahanmu.
“Sahabatku akan menikah, dia akan bersama orang yang dicintainya, dan siap melahirkan anak – anak yang lucu yang kelak akan aku gendong dan aku beri hadiah. Lalu kenapa aku harus sedih?” belaku sambil melihat jauh matanya.
Dia terdiam.

“Dari dulu persahabatan kita adalah eksistensi yang tak nampak namun ada. Mungkin Tuhan memang mendesign demikian. Kehadiran bukan suatu takaran tertinggi bagi persahabatan bukan?” tanyaku lagi.
Dia tiba – tiba memelukku erat.

“Kamu ingat nggak dulu kamu ngirim lagu-nya ‘dygta’ kesepian ke aku? Dan nggak lama kemudian kamu ketemu Mas Zid? Kamu inget nggak dulu persahabatan kita gara – gara iseng dengerin nada sambung pribadi? Kamu inget kita pernah marahan nggak jelas?” Kenangku, kali ini air mataku mulai menetes.
“Terima kasih atas persahabatan yang indah ini,” ucapku terbata.

Tak lama kemudian suara peluit terdengar, beberapa meter lagi kereta yang akan membawamu segera datang.
“Inget ya, kalau ada laki – laki yang berniat serius harus ditanggapi bener – bener,” ucapnya kali ini lebih dalam dengan nada yang mantap sambil memegang kedua pundakku.
“Aahahha iya pasti,” timpalku sekenanya.

Kereta tepat ada di hadapan kami. Aku membantunya berkemas. Aku berdiri dan memberikan lambaian tangan padanya. Dia telah pergi dengan keretanya, dan aku masih menunggu. Menunggu keretaku datang.
…..

26 Januari 2015

From : Me

Nada Sambung Pernikahan (NSP) anda baru saja diaktifkan. Masa aktifnya adalah selamanya. Tarifnya adalah kebahagiaan. Selamat mendengarkan lagu cinta anda selamanya. 😉

Beratus kilometer di sebuah kota di bagian selatan pulau Jawa malaikat – malaikat mengaminkan setiap doa yang teriring dalam ijab pagi ini.

NSP garinda

Jakarta, 150126
09.57 P.M
Dari Sahabat yang telah bohong untuk datang
Untuk Sahabat yang selamanya akan jadi sahabat.
Happy Wedding dear <3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *