Kita bisa belajar darimana saja. Karena setiap kejadian adalah buku yang wajib kita baca maknanya.
Sebetulnya saya tidak terlalu ngefans dengan hal – hal berbau Korea. Dulu mungkin ketika teman – teman peer-group saya melakukan itu saya hanya tidak sempat ikut menikmati bersama mereka. Tapi, sejauh apapun saya bersama mereka saya berusaha menjadi pendengar dan melihat mereka yang antusias menyaksikan Korea. Hasilnya, tidak begitu buruk – saya jadi tahu satu dua hal tentang Korea. Kadang, kalau saya suka saya nonton drama yang mereka rekomendasikan.
Salah satu yang tidak sengaja saya lihat adalah acara Korea ‘The Return of Superman’ (TROS). Saya langsung suka karena acara tersebut menggemaskan sekali dedek – dedeknya. Balita – balita artis Korea yang lucu. Tapi, lebih lanjut lagi saya tidak melihat sekedar itu. Dalam faktanya sebetulnya ada banyak hal yang coba diceritakan oleh TROS tentang pola asuh, tentang role seorang laki – laki tentang pengasuhan.
Saya salah satu orang yang suka mengamati tentang laki – laki yang gendong anak kecil, bapak – bapak yang bersedia mengganti popok anaknya. Menurut saya mereka adalah para laki – laki bertanggung jawab yang sepenuhnya laki – laki, a man not a boy. Dan, sering sedih kalau ada bapak – bapak yang cuek dan nggak mau ngurusin anaknya 🙁 biarin istrinya sendiri yang repot.
Selain itu, saya sejak lama menjadi salah seorang penikmat pemikiran “Pengasuhan Ganda” yang dipelopori oleh dua tokoh dari aliran feminism psikoanalisis, yakni Dorothy Dinnerstein dan Nancy Chodorow. Mereka berpendapat bahwa sub-ordinasi dan opresi terhadap perempuan berasal dari monopoli dari perempuan sendiri terhadap terhadap pengasuhan anak/mothering. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh Dinnerstein dan Chodorow adalah sama-sama menegaskan bahwa pengasuhan ganda adalah penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pengasuhan oleh perempuan. Atau dengan kata lain Mothering/pengasuhan oleh ibu harus diubah menjadi parenting/orang tua. Hal ini dinilai oleh mereka akan menghancurkan secara total pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dan menghilangkan ranah domain dan publik bagi laki-laki dan perempuan. Atau dengan kata lain terciptanya kesetaraan diantara laki-laki dan perempuan.
Mungkin adanya kejanggalan yang selama terjada di masyarakat membuat ‘The Return Of Superman’ menjadi berbeda. Karena, biasanya yang melakukan pengasuhan adalah perempuan dan dalam acara ini adalah laki – laki. Ada beberapa hal yang saya cermati dalam TROS adalah adanya beberapa pelajaran tentang parenting dan tentang perilaku anak – anak. Salah satunya misalnya bagaimana memberikan pelajaran tentang persaudaran dan berbagi antara MinGuk, DaeHan, dan Manse yakni melalui reward dan punishment tentang berbagi buah strowbery. Selain itu dalam TROS juga ditampilkan kegiatan – kegiatan mereka, sehingga secara tidak langsung kita bisa mengambil edukasi tentang parenting tentang mengajarkan sesuatu kepada anak – anak.
Aih salah satu favorit saya kenapa mereka yang masih kecil – kecil bisa pinter gitu :3 jadi pengen. Pengen kalau punya anak sepintar mereka juga hehehe. Saya juga sering mengapresiasi para bapak – bapak di TROS karena bisa jadi mereka jadi berubah karena kehadiran anak – anak mereka. Ada yang menyesal karena dengan usianya sekarang saat anak – anaknya berusia 17 tahun dia sudah 60 tahun. Old enough.
Saya juga tidak tahu apakah nanti suami saya akan bersedia seperti itu. (saya aja belum tahu suami saya siapa) hahaha. Karena saya berasal dari keluarga demokratis dengan pengasuhan ganda, saya juga mengharapkan itu pada suami saya nanti. (amin).
Jadi, saya hanya mengatakan bahwa acara Korea satu itu sangat bagus sekali. Bahwa laki – laki juga memiliki role untuk mendidik anak – anaknya mau perempuan atau laki – laki. Bahwa, setiap ayah adalah bukan sekedar pencari nafkah tapi juga memiliki amanah terhadap buah hati mereka. Aih, jangankan mengharapkan itu di Indonesia. Kayaknya acara Indonesia kalau nggak menjual kesedihan, penderitaan ya kemewahan.
Anak – anak selalu menjadi energi bagi orang tuanya. Bagaimana seorang ibu mencintai anak – anaknya, bagaimana seorang Ayah memberikan terbaik untuk putra putrinya. Ayah saya pernah berkata bahwa hubungan orang tua dan anak itu tidak ada hitungannya sampai kapanpun juga.
My kids are my heart and soul. They will always be my babies, even when they grow old.
– Mom&Dad
Pare, Kediri – 150612
21.20 P.M
Arfika
Kalau mau baca buku Feminisme, bisa baca Rose Marie Putnam Tong
Gambar Dipinjam dari sini