Silih Wasesa dalam bukunya Strategi Public Relations (2006) menyebutkan dua media yang dapat digunakan oleh public relations yakni direct dan indirect (langsung dan tidak langsung). Media direct, merupakan aktivitas dimana public relations memberikan informasi secara langsung kepada media massa. Dalam hal ini praktisi public relations mewakili perusahaan tertentu dan menjadi pihak pertama yang memberikan informasi langsung kepada media massa. Aktivitas media direct ada dua :
Formal, dimana perusahaan membentuk forum resmi untuk berhubungan dengan media massa. Beberapa forum antara lain :
– Press Conference, perusahaan mengundang sejumlah media massa untuk hadir dalam press conference mengenai suatu tema. Di Indonesia keahlian menyelenggarakan press conference merupakan keunikan tersendiri mengingat jumlah media massa yang cukup banyak.
– Press Release, perusahaan mengirimkan siaran pers yang dimuat oleh media massa. Kedekatan dengan media massa dan kehebatan membuat release yang memikat menjadi syarat utama press release karena redaktur media massa bisa saja menerima ratusan release dalam sehari. Praktisi PR harus mampu membuat release yang memiliki daya pikat.
Jadi ceritanya selama bulan – bulan kemarin ada amanah jadi communication director acara Future Leader Summit 2014. Setelah melakukan beberapa tugas sebelumnya kayak roadshow ke delapan kota, bikin WOM di media sosial sampai balas email delegates. Di hari H akhirnya melakukan satu kegilaan itu, press conference. Kenapa gila? karena menurut saya pribadi masih nggak percaya bisa bikin itu sendiri (bukan dari sebuah konsultan). Dulu pas magang pernah bantuin bikin, dan nggak menyangka bisa bikin sendiri. 😀
Awalnya tidak menyangka bahwa ide gila bikin press conference bener – bener terlaksana. Say thanks to Allah and all team Communication dan FLS. Tanpa mereka mungkin ide ini nggak bisa kelaksana. Jujur aja itu hanya coba – coba, tidak maksud serius bahkan cenderung pesimis. Well, wartawan banyak yang hadir (cetak, online dan akun kota – 20 media) dan juga berlangsung dengan baik walaupun berkendala. Saya anggap ketidaksempurnaan itu sebagai suatu bagian yang menjadikannya sempurna.
Terus dari FLS ini bener – bener ngerasain gimana bikin release yang bener tahu apa yang diinginkan media. Habis acara yang lain tidur, Public relations (PR) harus bekerja untuk bikin release pasca acara. Karena makin lama nggak dikirim bakalan makin basi. Ya, gitu juga kalau kerja nanti ya :’)
Jadi kayak gini beberapa coverage-nya :
www.merdeka.com/gaya/akonferensi-pemuda-future-leader-summit-2014-siap-digelar.html
http://www.suarapembaruan.com/nasional/melanie-subono-ham-itu-simpel-koq/55674
Bahkan dari sini sebetulnya saya jadi paham bahwa bukan hal yang mudah menjadi pergerakan di daerah. FLS (future leader summit) tanpa ingin menyombongkan adalah event besar dengan ide yang menarik. Mungkin, sayangnya karena kami dari Semarang bukan Jakarta. See! Untuk hal – hal semacam ini saja Jakarta centris begitu kentel – kami baru di Semarang kalau di pulau Nias gimana?
Balada Media, Ibu Kota, dan Acara
Kenapa banyak acara sebaiknya dibuat di jakarta? karena media akan lebih mudah menjangkau dan menyiarkannya sehingga awareness ataupun publisitasnya makin tinggi (skala nasional). Kalau di daerah memang kenapa? bukankah media juga banyak kontributornya? iya, memang benar tapi sometimes pun berita itu hanya masuk ke kolom daerah aja. Kalau media cetak, online masih memungkinkan, kalau media televisi? padahal TV memiliki terpaan dan jangkauan yang lebih luas. Mau mengundang TV lokal radiusnya hanya beberapa regional kan?
Apakah publisitas sepenting itu?
Bukan, sebenarnya ini bukan egois sebuah publisitas atau satu tujuan saja. Publisitas ini sangat berpengaruh pada pihak sponsor yang mau membiayai acara ini. Satu, dua, tiga tahun sebuah acara yang besar harus dikenal dengan baik paling tidak sebuah perusahaan pernah mendengar dan search engine akan berhasil menemukan berita terkait acara itu dengan baik.
Baru menyadari betapa memang Indonesia sangat Jakarta centris. But, Thanks FLS 😀