Masa – masa pancaroba adalah masa peralihan dari fresh graduate menuju arah hidup yang lain. Sejak April saya dinyatakan lulus dari universitas akhirnya barangkali saya menginjak di universitas kehidupan yang sebenarnya.
Masa dimana perlu memikirkan semuanya dengan amat – amat matang. Masa pembersihan, mana yang bisa dibawa dan mana yang harus dientahlah. Masa yang saya sadari, dimana saya harusnya makin tahu arti keimanan dan Sang Pencipta dalam hidup saya.
Semua tak bisa direduksi. Reduksi sempurna membuat lupa bahagia. Pertahankan apa adanya, lepaskan perlahan bagian yang harus dikembalikan dan diserahkan.
Sebagai perempuan, kata orang masa ini cukup masa yang sangat berbahaya. Harusnya saya menikah, memiliki keluarga dll. Dulu seseorang pernah berkata pada saya, “kamu adalah perempuan jawa yang tidak akan menikah dalam usia yang tua.” Pernikahan, pekerjaan. Cukup dua itu saja barangkali membuat kita pusing. Kerja dimana? bagus nggak? gimana gajinya? NIkah kapan? sama siapa? e.t.c. Konon katanya 20-30tahun adalah masa – masa penting, krusial. Saya menghela nafas. Baiklah, sudah masanya.
Galau Soal Percintaan
Nampaknya saya cukup katam urusan ini pada akhirnya. Setelah barangkali saya harus jatuh cinta, patah hati, akhirnya ada juga di fase saya mengerti. Cukuplah kamu memahami kita tidak pernah diciptakan sendirian. Never. Allah promised us for this. So berbenah, berdoa, dan berserah. Mengimani rukun iman ke-6, tentang qada dan qadar.
If you love someone, just try to pray. Lost He/She As same as you lost a bottle on the sea. If he/she your destiny Allah will give he/she back to you. But if not, believe Allah has another best plan for you. Believe Allah.
Kapan menikah?
Itu adalah rahasia Allah. Saya tidak bisa mengkotak – kotakkan, okey saya mau nikah usia 25. Iya kalau Allah kasih pas usia 25? Kenapalah saya jadi menuhankan diri saya sendiri? Soal pernikahan semua akan datang sendiri, yang penting selalu berdoa diberikan jodoh dan menyiapkan diri. Jodoh? Request saya dia adalah seseorang yang beriman, berilmu, bijaksana dan lembut hatinya. 🙂
Kalau memang belum ketemu jodoh ya udah tetap berjalan ke depan seperti biasa. Allah yang kasih, Allah yang punya.
Saya sempat galau karena sahabat, tetangga, teman sudah menebarkan udangan bahkan berita soal kandungan. Belakangan saya berpikir, “barangkali ALLAH masih memberikan saya berkarya untuk diri saya sendiri dan keluarga”. Take my time 😉
Galau soal Masa Depan
Pray for our future. everything gonna be okey, because you’re stronger than you think. Allah beside you. Believe it.
Who i’m inside
Akhirnya saya kembali. Kembali percaya pada diri saya sendiri. Kembali memberikan kepercayaan pada diri saya untuk mewujudkan apa yang saya pikir adalah tidak bisa. Saya hanya menyakini sekarang “kalau gagal apakah saya akan mati?” jawabannya, “jangan sampai mati, karena kamu masih memiliki kesempatan untuk hidup. Yang digaris bawahi adalah “jangan mematikan dirimu sendiri.” Belati paling tajam adalah ada di tangan kanan ketika tahu untuk menggores nadi tangan kiri. Diri sendiri yang membunuh, karena orang lain sebetulnya hanya memikirkan diri mereka sendiri.
“Who is that girl I see staring straight back at me?”
“Who i’m inside?”
Kekekalan MImpi. MImpi itu tidak pernah musnah, dia hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Jadi, jika gagal satu mungkin ada sesuatu lain yang akan terwujud. Yang perlu dilakukan adalah terus mencari tidak menyerah.
Milikilah Harta Benda, Sadarilah Mereka Ada
Bagi saya yang masih muda, labil, belum memiliki apa – apa soal harta benda juga tahta. Bagi saya, harta paling berharga saya saat ini adalah keluarga yang mendukung penuh semua cita – cita saya. Sahabat yang selalu bersedia mendengarkan kegalauan dan memberikan nasehat pada saya yang bebal. Diri saya sendiri yang harus mengimani jalan yang sudah digariskanNYA. Serta setiap kegagalan maupun kesempatan adalah harta yang tak ternilai bagi saya. Dan, tentu saja yang paling utama adalah terus yakin padaNya, terus berjalan di jalan yang Dia ridhoi.
Rejeki itu ada. Keberkahan semestinya yang dicari.
Maka….
Menerima. Hidup adalah penerimaan dan pemberian
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci AnginDewasa adalah menyadari kita makin kecil dihadapan Sang Pencipta
Jakarta, 150204