Suatu Pagi di Indonesia

Dia tergopoh menuruni sky walk, ini hari Senin dan weekly meeting pasti akan segera dimulai. Sebungkus roti isi masih tergeletak dalam tas hanya sempat menyambar tanpa sedikitpun menikmati. Pintu otomatis pun terbuka dan diserbu oleh banyak orang yang sudah mengantri. “Yok.. yok… stop!” ungkap seorang petugas yang memberikan peringatan bahwa sudah cukup penuh dan tidak perlu lagi dipaksakan. Dia pun menghela nafas padahal, selangkah lagi ia bisa menaiki busway itu. “Berhenti memaksakan, mulailah berkorban,” ujar seorang malaikat membisikan di sebelahnya.

Dia pun tersenyum dan mengambil smart phone di saku dan mencoba menggunakan transportasi ojek online. Hatinya pun was-was karena waktunya semakin sedikit sedangkan pengemudi tak juga ia dapatkan. Jam sibuk. “Berhenti memaki, mulailah memakai hati,” bisik malaikat di sebelahnya lagi.

Ia pun mencoba menenangkan diri. Tak seberapa lama akhirnya aplikasi menunjukkan tanda positif. Ia pun segera mendapatkan telephone yang ia kira dari driver ojek online, “saya di Bendungan Hilir ya. Agak cepat ya!” katanya lugas. “Kamu baru sampai di Bendungan Hilir?” ia pun melihat ke handphone-nya dan menepuk jidat yang ternyata ialah bos divisinya. “Maaf Mbak, maaf, please tadi gue kesiangan ayo dong Mbak stop marah-marah, mulai bersikap ramah,” ia malah mengutip salah satu perkataan malaikat yang sering ia dengar. Dengusan terdengar di seberang.

Sebuah pagi yang dimulai dengan Ini Baru Indonesia.

warm cup of ciffee on brown background

Pic asli

2 thoughts on “Suatu Pagi di Indonesia

    1. ahahahah iya mbak memang cuma dibikin kayak cerita iklan gitu nanggung. Ya, intinya semua hal yang negatif diganti positif. Nah, ini baru Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *