Perjalanan baru sudah saya mulai sejak beberapa waktu yang lalu. Dengan tanpa atau bahkan dengan banyak cerita akhirnya saya menambatkan satu bagian baru dari perjalanan ini untuk mengambil study master. Master di tempat yang sama, almamater yang sama, dosen yang sama walaupun teman yang berbeda. Secara garis besar indeks kebahagiaan saya melonjak drastis, dari 50 mungkin sampai ke 80. Semata-mata bahagia karena saya sekolah itu saja dan bahwa kebahagiaan-kebahagiaan lain mengikuti itu benar-benar point tambahan hadiah dari Allah.
Banyak orang yang selalu bertanya, “gimana sekolahnya?”. Dengan senyuman saya selalu membalas, “alhamdulillah baik, sangat baik”. Menurut saya tidak ada jawaban lebih atau kurang dari itu. Saya mensyukuri keadaan saya saat ini. Mungkin banyak orang yang kaget dengan keputusan saya yang lumayan melenceng jauh dari berbagai ekspektasi dari perhitungan banyak orang pada umumnya. Walaupun semua di balik itu sebetulnya masih logis-logis saja. Ketika Fika disini, berdiri di episode ini, apakah menyesal? Sama sekali tidak. Ini yang baik untuk saya saat ini, terlepas dari apapun penilaian orang lain bahkan saya tidak begitu peduli. Saya sangat bersyukur, itu saja.
Saya mencari apa yang harus saya temukan. Saya melakukan yang lebih baik saya lakukan. Mungkin banyak yang tidak akan mengerti apa yang saya pikirkan, tapi itu pun bukan sesuatu yang harus saya cemaskan. Toh lebih penting yang terjadi sebenarnya daripada yang seolah-olah. Saya kini menimbang jauh ke depan untuk hal-hal yang perlu benar-benar saya perjuangkan, atau let go with the flow. Mana yang perlu diintervensi dan mana yang tidak.
Langkah saya berikutnya ialah pernikahan. Walaupun belum pasti itu akan terjadi kapan, siapa dan bagaimana. Perjalanan saya sekarang merupakan bagian dari cerita yang saya coba rangkai dengan perjalanan saya berikutnya. Lebih dari itu sebetulnya saya merasa harus selesai dengan diri saya sendiri. Berdamai dengan diri sendiri. Dengan itu saya berharap bisa bertumbuh lebih baik bersama anak-anak saya. Jiwa-jiwa yang selesai adalah yang lebih siap untuk memulai. Ada banyak energi yang saya butuhkan untuk mereka. Bahwa, hidup saya nantinya bukan hanya tentang saya sendiri. Lebih dari itu saya punya suami, anak-anak yang harus saya dukung dan saya rawat keberadaanya. Jika saya hanya mementingkan tumbuhnya saya sendiri, maka saya khawatir tak sempat melihat, mengikuti mereka tumbuh. Bukan hanya tentang saya yang berprestasi terus tumbuh, tapi mereka pun harus demikian. Sehingga perjalanan berikutnya lebih dari pada tentang saya, tapi lebih tentang semuanya. Bersama.
Saya ingin tumbuh bersama mereka dengan pemahaman-pemahaman hidup yang baik.
A better team when we’re both winning.
Saya yang sudah selesai.
Arfika
Gambar awal dipinjam dari sini