Wang-Sinawang

Saat lampu menyala merah motor-motor berhenti siapa yang tahu diantara mereka ada yang memiliki masalah yang berat. Saat duduk di commutterline siapa yang tahu bahwa mereka memiliki lamunan dengan sederet masalah dalam kepalanya. Siapa juga yang tahu ada yang sedang belanja ini itu di outlet branded hanya karena ingin melupakan kepenatan dalam pikirannya. Ya, tidak ada yang tahu bahwa bisa jadi masing-masing orang sedang sibuk dengan pergolakan mereka sendiri.

Hidup ini adalah rangkaian kisah terdiri dari semua campuran perasaan. Seperti warna cat dalam sebuah palet, bisa merah, hijau, kuning, biru dan semuanya. Begitulah karena telah dikatakan hidup serupa pergantian dari satu ujian ke ujian berikutnya terus begulir dari sedih, bahagia, kecewa dst. Wang-Sinawang begitu kalau kata orang Jawa yang artinya seperti terlihat seolah-olah yang bisa jadi yang dilihat tidak seperti yang sebenarnya. Ya, begitulah Wang-Sinawang. Ada yang kayaknya bahagia banget, tapi kita bahkan tidak pernah tahu jika tetap ada masalah dalam hari-hari yang ia lalui. Ada yang kayaknya keren banget, padahal yang kita tidak tahu berapa banyak hal yang barangkali sudah ia korbankan. Seringkali (seharusnya) diperlukan jarak yang benar sungguh untuk mengerti jernih Wang-Sinawang. Menjadi pribadi yang sejenak meninggalkan prasangka dan menunda asumsi. Pun bukan tentang seberapa hebat seseorang, seberapa beruntung, seberapa sempurna karena dengan sadar semestinya kita mengakui tidak pernah ada yang sempurna di dunia ini. Kecuali kita coba untuk menelusuri keidealan sesuai dengan tuntunan yang haqiqi.

Hidup yang Wang-Sinawang ini selayaknya hanya perlu disyukuri. Bersyukur dengan segala yang kita miliki maupun yang tidak kita miliki. Bisa jadi yang kita miliki diinginkan oleh orang lain, bisa jadi yang tidak kita miliki memang lebih baik untuk tidak dimiliki. Daripada terus menggerutu lebih baik menikmati. Daripada berandai begini dan begitu, alangkah lebih baik untuk berusaha yang bisa diusahakan. Setiap orang ingin memiliki ketercapaian, tapi ketercapaian tanpa kebijaksanaan hanya jadi nafsu arogan ambisi yang bisa saja dengan mudah justru melukai. Selalu belajar jernih, belajar mendengar dan memahami. Semoga saja dengan demikian segala hal kita sikapi dengan hati lebih lapang dan senyum yang selalu terkembang tanpa pura-pura.

Tersebab kebahagiaan ialah apa yang ada dalam hati, maka yang paling bahagia ialah yang pandai bersyukur. Jika memang kebahagiaan itu berada di luar, maka yang paling murah hatinya ialah yang tak ragu berbagi kebaikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *