Wilayah Perjanjian

Namanya Thera, perempuan berambut sebahu, berwarna coklat, matanya bulat hitam. Dibahunya telah disampirkan anak panah sebagai senjata andalannya. Ini adalah perjalanannya setelah hampir beberapa bulan menepi di hutan beristirahat mengeringkan bekas luka dan sayatan di beberapa tubuhnya. Melakukan detoksifikasi pada racun ular yang sempat membuatnya meregang nyawa. Beruntunglah kepandaiannya membaca tempat dan pengetahuan yang dia miliki membuatnya selamat. Raganya telah pulih seutuhnya, jiwanya pun telah membaik dari peperangan terdahulu.

Thera mengedarkan pandang ketika sampai pada wilayah ini. Baru saja dia turun dari kapal yang membawanya menyebrang. Biru belawu dengan aksen rumah tipikal Arkipel Sikliad yang mirip kards – kardus kado putih – putih terseling biru azura yang ditumpuk seenakny, di sana atap rumah sering adalah sekaligus jalan umum naik ke rumah tetangga diatasnya, dengan bunga – bunga di jendela – jendelanya, harum manis baunya.

“Selamat datang di wilayah perjanjian, Nona,” sambut salah seorang penduduk setempat.

Thera melemparkan senyum kearahnya.

“Saya sudah menerima surat dari keluarga anda, kami akan mengantarkan ke penginapan dimana anda akan tinggal,” sahut penduduk itu seperti mengajaknya berjalan sekarang juga.

Thera mengamati lagi aktivitas penduduk disini.

“Wilayah perjanjian adalah wilayah paling misterius sebetulnya, Nona Thera. Disini semua tidak bisa dibayar dengan uang, hanya bisa dibayar dengan janji. Jika anda ingin makan, maka pergilah ke kedai kemudian berjanjilah anda akan membantunya esok. Jika pemilik kedai ingin membeli kopi maka alat tukarnya bukan uang tapi perjanjian bahwa dia akan memenuhi kopi untuk semua orang yang datang. Petani ialah orang yang paling kaya disini, mereka memiliki lahan – lahan dan semua tanaman akan tumbuh dengan baik tanpa pupuk seperti di wilayah – wilayah lain. Asalkan mereka selalu berjanji berterimakasih pada bumi dan tidak melakukan eksploitasi,” jelas orang itu kemudian.

Thera terdiam. Dia sibuk mencerna kata – kata orang disebelahnya.

“Tidakkah terjadi pertikaian?” tanya Thera.

“Tidak, Nona. Tapi, orang – orang yang tidak memenuhi janji mereka harus keluar dari wilayah ini dan kembali lain waktu jika mereka sudah bisa belajar untuk memenuhi janji. Karena, lihatlah tempat ini tempat paling makmur karena semua orang berkomitmen pada janji mereka. Disini uang tidak berfungsi untuk membayar janji, janji adalah hutang,” orang itu menjelaskan dengan nada sangat tenang.

“Anda sendiri sudah melalui banyak wilayah yang sangat sulit untuk sampai ke daerah ini bukan? Itulah wilayah perjanjian. Wilayah ini pun sangat sulit untuk terus bertahan tanpa komitmen penghuninya. Bersiap – siaplah untuk berani berjanji disini,” tambah orang itu lagi.

Thera masih mencerna kata – kata orang itu dengan baik.

“Ini rumah tinggal sementara anda, Nona Thera. Untuk membayar tinggal disini anda membutuhkan beberapa janji, seperti esok anda harus membantu perkebunan strowbery di lereng sana, ketika anda makan anda harus membuat janji dengan pemilik kedai, dan banyak pertukaran janji. Hanya dengan bertukar janji, percaya, menjalaninya dengan baik anda bisa hidup sejahtera di wilayah ini,” orang itu tersenyum takzim.

Thera kemudian tersenyum berbalik ke arah orang itu. Kemudian memasuki rumahnya. Perjalannya menuju Pulau Sejati memang masih sangat jauh. Banyak yang mengatakan wilayah ini cukup membingungkan karena semua hal dikomodifikasikan dengan janji, uang tidak lagi penting di wilayah ini.
Hari berganti hari Thera perempuan yang cepat belajar pada lingkungan baru itu segera mengerti ritme kehidupan penduduk disana. Pekerjaan kesukaannya ialah memotong bulu domba yang bisa ia gunakan untuk membeli beberapa potong baju, memetik buah strowbery, memetik bunga Basil, menggiling gandum dan berbagai pekerjaan lainnya yang tersedia di wilayah ini. Sampai suatu ketika orang yang membantunya di hari pertama kedatanganya mendatanginya lagi.

“Nona Thera, anda pembelajar sejati. Cepat belajar pada berbagai hal yang anda hadapi. Tapi, anda belum bisa meninggalkan wilayah ini menuju pulau sejati jika anda belum memiliki pasangan.” Ujar orang itu sembari meneguk secangkir teh ketika mereka bercengkrama di balkon rumah menghadap ke laut belawu di depan sana.

“Bagaimana saya bisa menemukan pasangan disini?” tanya Thera tidak mengerti.

“Anda harus menggunakan hati dan janji. Kenalan anda pasti sangat banyak disini, ketuklah kedalam hati anda sendiri. Barangkali hati anda akan berbicara pada anda,” jawab orang itu.

“Tidakkah saya boleh pergi ke Pulau Sejati seorang diri?” kilah Thera sedikit berdenyut pusing.

Kemudian orang itu berdeham. “Bisa. Tapi, perjalanan menuju Pulau Sejati yang sangat panjang itu anda akan kelelahan, penat, takut jika sendirian. Disini banyak pemuda yang sama seperti anda, mencari pasangan berlayar.

Hanya pelayaran kalian tidaklah sebatas penjanjian berlayar bersama, perjanjian kalian lebih prinsipil dan harga yang sangat mahal untuk perjanjian tersebut itulah syarat menuju Pulau Sejati.”

Thera menghela nafas.

Berhari – hari, bahkan berbulan – berbulan sesudahnya Thera tidak jauh dari keadaan semula. Hingga genap setahun dia mengatakan pada salah seorang penduduk perempuan yang sedang duduk – duduk di bangku atap rumahnya esok perempuan itu akan berlayar ke Pulau Sejati. “Hellena, seberapa besarkah yang harus diberikan pada perjanjian itu?”

“Tentang seluruh hidupmu, Thera. Jiwa, raga, hati bahkan itu seharga hidupmu, matimu.” Hellena melihat ke arah Thera sembari merapikan anak rambutnya.

“Tapi, aku sudah lelah rasanya Hellena. Aku pun sudah melakukan itu, aku berjanji memberikan hidup dan matiku tapi nyatanya tidak banyak berarti,” Thera menghela nafas tertunduk.

Hellena menepuk punggung Thera dengan sangat lembut.
“Memang itulah yang paling misterius dari Wilayah Perjanjian ini Thera. Aku pun tak mengerti, aku hanya terus mencoba untuk memperbaiki setiap janji pada diriku sendiri maupun pada orang lain. Sampai akhirnya waktu berlayarku besok tiba juga.”

“Begitukah?” tanya Thera memastikan.

“Iya. Wilayah ini pun hanya bisa dipertahankan oleh orang yang memiliki komitmen. Berani tegas untuk berkomitmen, bukan bermain – main apalagi mempermainkan. Jadi, bersabarlah. Isilah dengan berbagai hal yang kau suka, tidak usah risau. Esok lusa Wilayah Perjanjian ini akan menunjukkan keajaibannya asalkan engkau bersungguh – sungguh. Dan, jangan menerima janji yang tidak imbang dengan yang kamu janjikan pada seseorang. Jika memang tidak bisa, berarti bukan dia. Berhenti disitu,” ungkap Hellena sembari tersenyum tulus.

“Kamu akan banyak belajar, tapi percayalah tidak akan ada yang kecewa orang yang sabar. Semakin kuat jiwa seseorang, semakin kuat perjanjiannya dengan dirinya sendiri. Maka makin mudaj ia membaca janji yang lain, janji yang tulus dari hati,” tambah perempuan itu kemudian.

Akhirnya Thera tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu. Thera masih ada di wilayah misterius itu, entah sampai kapan. Masih terus berdiam memecahkan puzzle – puzzle bernama komitmen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *