Tepat setahun yang lalu mungkin, pulang tiba – tiba dan membawa bingkisan. Tepat setahun lalu rasanya masih sangat mungkin untuk tiba – tiba di rumah. 18 Februari 2013.
Waktu berjalan sedemikian, seperti jarak yang kian jauh aku pun tak bisa pulang tiba – tiba di rumah. Satu tahun begitu cepat, setahun begitu banyak yang aku lewatkan bersamamu, Bapak. KIta tidak lagi berjumpa setiap hari, tidak lagi saling cerita setiap hari – aku yang lebih banyak cerita sebetulnya. Dan, engkau tak lagi perlu repot repot menjemputku di salah satu jalan untuk pulang karena khawatir jika aku pulang malam. Engkau yang mengajariku banyak hal tentang alam bersama Ibu – sayangnya aku nggak jadi sarjana biologi hehehehe.
Selalu aku ingat semua yang sudah kita lewati Bapak. Semua hal adalah pelajaran, semua yang sudah terjadi adalah belajar akan banyak pengertian. Rasanya 22 tahun ini aku sangat – sangat bergantung padamu. Rasanya 22 tahun ini aku masih anak kecil manja pada ayahnya. Hahaha ingatkah dulu semasa aku SMA? aku sering sekali merepotkan Bapak – entah apalah yang tertinggal. Beruntunglah engkau adalah bapak ter-avalaible sedunia, kapanpun aku minta kau ada. Maka wajarlah sampai kapanpun akan selalu aku cinta. :*
Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk segala waktu dan cinta. Maaf atas segala kesalahan.
Hari ini 18 Februari 2014, hari ini aku masih di Jakarta untuk menyelesaikan fase perkuliahan. Aku belum pulang, aku tak bisa mengucapkan selamat hari bapak. Jarak kita tak seberapa jauh, karena kita dalam satu darah yang sama kan ? :’) Sehat selalu bapak, maaf kemarin aku tak bisa ikut merawatmu.
Semua yang telah kita lewati bersama, semua yang sudah terjadi berempat selama ini adalah hadiah Allah yang luar biasa. Semoga kita selalu beryukur dan bahagia dalam definisi kita.
Untuk Bapak yang selalu mendukung adek selamanya. Untuk Bapak yang selalu bisa mendengar, untuk Bapak yang sangat sabar, untuk Bapak yang dengan semua ceritanya membuat saya berdiri disini.
Dari Arfika