Manusia adalah mendadak. Mendadak cinta, mendadak sakit, mendadak pergi, mendadak berhenti. Manusia dengan insting terperinci dan terplanning pasti pernah mendadak kan? Tapi bukankah mendadak itu menyenangkan karena berupa kejutan? Ah, itu pasti kataku bukan katamu. Katamu sebagai manusia yang paling terencana dan rasional bahwa semua harus terencana dan terjanjikan. Sayangnya bukan untuk suatu hubungan kan? Mungkin kamu sudah merencanakan hanya saja aku yang cukup tidak tahu dan enggan bertanya. Padahal biasanya aku tidak akan segan bertanya apa saja di ruang itu.
Ruang itu tidaklah besar, memang sengaja agar hanya mampu untuk duduk kita berdua. Disana kamu biasanya bercerita banyak hal, buku, politik, sejarah dan mendebatkan segala sesuatu yang kamu temui hari itu. Kita bisa duduk disana berlama – lama, jika kita sibuk sesekali dulu kita sering jumpa dengan cemilan kata – kata menyeduh debat dalam secangkir kehangatan. Kadang sampai larut malam dan aku jatuh tertidur kita masih merasakan renyahnya kata – kata. Kamu, entahlah kamu akan pergi ke ruangan yang lain. Tunggu apakah kamu mengecupku sebelum pergi? ah.. lupakan. Bukankah kita lebih menyukai kecupan dalam perdebatan ketika aku sudah habis – habisan berargumen dan kamu menertawakan.
Tunggu, lihatlah sekarang ruang itu sunyi. Kamu yang tidak datang atau aku yang tidak berkunjung? Ruangan itu apakah berdebu? Adakah laba – laba yang menyulam kenangan di dindingnya? Aku hanya mampu bertanya dan menatapnya dari jauh. Sesekali aku mampu mendekat, namun sayangnya kamu tidak ada disana. Kamu kadang datang tapi juga tidak menyapaku. Kini, aku bertanya selama ini mengapa kita bisa duduk berlama – lama disana? apakah sekarang kita sadar bahwa tidak ada alasan untuk tetap duduk dan mengunyah percakapan?
Aku mungkin merindukan kunyahan percakapan dan cemilan kata – kata. Bodoh, sebenarnya kerinduan itu bisa pupus bukan? kalau ada kata dan kita. Aku banyak belajar tentang kita lewat kata. Aku banyak bertanya dalam kata tentang kita. Aku banyak bicara dalam kata tentang kita. Seperti kita yang saling berjumpa lewat kata. Kita ada dalam kata.
Kata dan kita, akankah jumpa?
Rumah, 27 APril 2014
11.17
Arfika